kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi proyek infrastruktur migas US$ 172,3 M


Rabu, 17 Agustus 2016 / 19:50 WIB
Investasi proyek infrastruktur migas US$ 172,3 M


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan mampu meningkatkan ketahanan energi nasional. Caranya dengan melakukan pembangunan infrastruktur migas mulai dari hulu hingga hilir.

Total investasi untuk pembangunan proyek-proyek migas mencapai sekitar US$ 172,3 miliar. Investasi tersebut terdiri dari pengembangan proyek hulu migas dengan total mencapai US$ 82 miliar yang terdiri dari proyek hulu migas di Jambaran Tiung Biru dengan investasi 6,6 miliar.

Selanjutnya, Blok A Aceh dengan investasi US$ 1,3 miliar, Jangkrik Complex Project dengan investasi US$ 5,9 miliar, Tangguh Train III dengan investasi mencapai US$ 8 miliar, dan sisanya untuk proyek IDD Bangka, dan Blok Masela.

“Blok A Aceh sedang dalam pembangunan infrastruktur. Sedangkan Tangguh Train 3 masih dalam tahap desain, kami harapkan tahun 2017 sudah groundbreaking dan 2019 sudah on stream,” kata Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja dalam keterangan tertulis pada (15/8) kemarin.

Sementara itu, total investasi untuk mid stream mencapai US$ 42 miliar. Dana investasi tersebut untuk pembangunan sejumlah proyek migas antara lain Kilang Bontang dan Tuban, RDMP Pertamina, kilang mini, cadangan operasional BBM dan cadangan penyangga.

Untuk Kilang Tuban, pemerintah menargetkan groundbreaking bisa dilakukan pada tahun 2017 dan mulai beroperasi 2021. Sedangkan Kilang Bontang diharapkan beroperasi tahun 2023.

Sementara untuk down stream dibutuhkan dana mencapai US$ 48,3 miliar. Dana investasi tersebut digunakan untuk pembangunan jaringan pipa gas, virtual pipeline, gas untuk transportasi, jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga, dan konversi minyak tanah ke LPG di Indonesia bagian Timur.

Wiratmaja menyebut seluruh pembangunan proyek migas tersebut sangat penting karena pertumbuhan permintaan akan migas terus meningkat pesat, sedangkan produksi migas terus menurun.

Apalagi untuk proyek kilang yang pembangunannya merupakan keharusan karena saat ini Indonesia mengimpor crude dan BBM sebesar 800.000 barel per hari. Diperkirakan pada 10 tahun mendatang meningkat menjadi 1,5 juta barel per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×