Reporter: Amalia Nur Fitri, Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis properti di Indonesia masih dipandang menarik oleh para pengembang properti asing. Baru-baru ini, Mitsubishi Estate Co, Ltd asal Jepang bersama PT Duta Putra Land dan PT Rizki Bukti Abadi memulai proyek apartemen dan hotel The Okura Residence di Gatot Subroto-Kuningan, Jakarta.
Proyek ini ditargetkan rampung dan mulai beroperasi pada tahun 2025 mendatang.
Direktur Coldwell Banker Commercial, Dani Indra Bhatara, menilai, untuk saat ini investor properti asing lebih banyak masuk dan bekerja sama di produk-produk perumahan. Indonesia tak hanya menjadi pasar bagi para pengembang asing besar saja, tapi juga pengembang asing level menengah.
Beberapa contoh di antaranya adalah Fujiken dan PT MAS Group yang mengembangkan perumahan Seion di Serang, Banten. Lalu, ada juga Hankyu Hanshin Properties Corp asal Jepang yang menggandeng Springhill Group untuk mengembangkan hunian Springhill Yume Lagoon di Cisauk, Tangerang Selatan.
Baca Juga: Begini Tanggapan REI Soal Pengembang Asing Ekspansif di Indonesia
Kemudian ada Damai Putra Group yang bermitra dengan Nishitetsu Group mengembangkan kluster Asera Nishi di Harapan Indah, Bekasi.
"Pengembang atau investor asing menyasar berbagai kelas, baik kelas atas, menengah, hingga menengah ke bawah," ujar Dani, Jumat (28/1).
Secara umum, para pengembang asal China sudah cukup aktif sebelum adanya pandemi Covid-19, khususnya untuk proyek di area Jabodetabek. Namun, saat ini investasi di Jabodetabek cenderung lebih terbatas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Di samping itu, pengembang asal Jepang dan Singapura akhir-akhir ini termasuk yang cukup aktif masuk ke pasar properti Indonesia di berbagai segmen pasar.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Real Estate Indonesia (REI) Hari Ganie berharap, pemerintah dapat membuka kesempatan lebih banyak terhadap pengembang asing maupun pembeli asing untuk masuk ke Indonesia. Keberadaan pengembang asing di Indonesia sama halnya dengan emiten pengembang lokal yang berhasil melakukan pengembangan properti di luar negeri.
Baca Juga: Intiland Development (DILD) Jalin Kerja Sama Strategis dengan Pengembang Asing
Katanya, cara kerja seperti ini akhirnya akan melahirkan kolaborasi dan pertukaran ilmu pengetahuan, selain juga pendanaan yang kuat. Kehadiran investor asing atau pengembang asing di Indonesia tentu hal yang baik, sebab mereka sudah pasti akan berkolaborasi dengan pengembang lokal.
"Baik itu pengembang kelas kecil, menengah atau nasional, ini membuat industri properti bisa lebih baik," ujarnya ke KONTAN, Jumat (28/1).
Hari mengatakan, pemerintah bisa memberikan fasilitas lebih agar investor asing dan pengembang asing lebih banyak di Indonesia.
"Tidak hanya pengembang asing saja yang masuk, tapi juga pembeli asing. Ini bisa membuat kapasitas di bidang properti dalam negeri makin kuat," ujarnya.
Ia menyebutkan, sektor properti bisa berkontribusi lebih besar dari angka 2,7% terhadap PDB nasional. Ia sendiri berharap kontribusi bisa naik setidaknya mencapai 15% hingga 20%.
Direktur PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Harun Hajadi berpendapat, jika investor asing bisa membangun dan men-deliver produk lebih bagus. Di mana hal itu belum tentu bisa dilakukan pengembang lokal, sehingga akan memicu mereka membuat standar lebih tinggi.
"Jadi sebenarnya untuk industri secara umum sangat bagus sekali," tuturnya kepada KONTAN, Jumat (28/1).
Baca Juga: Intiland Development (DILD) Menilai Positif Kehadiran Pengembang Asing di Indonesia
Ia melanjutkan, kerjasama dan kolaborasi juga patut dilakukan mengingat pengembang asing memiliki pengetahuan lokal yang kurang.
CTRA sendiri mengaku pihaknya tidak terlalu ngoyo untuk menjalin kolaborasi dengan pengembang asing atau investor asing. Pihaknya mengutamakan bisa berkolaborasi dengan partner yang memiliki lahan, tidak hanya kapital.
Namun, lanjut Harun, jika pihak pengembang asing memiliki lahan yang bisa digarap bersama, maka pihaknya bisa jadi akan sangat tertarik.
Direktur Pengembangan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) Ivy Wong menilai, bersaing dengan pengembang asing merupakan sesuatu yang sehat. Malah, para pengembang lokal bisa belajar banyak dari pengembang asing.
Potensi pasar properti di Indonesia juga masih sangat besar seiring dengan jumlah penduduk Tanah Air yang besar, sehingga kebutuhan akan produk properti juga cukup besar. Sementara jumlah housing backlog mencapai 13 juta.
Baca Juga: Kawasan TOD Adhi Commuter Properti Didukung Platform Smart Digital Ecosystem
Alhasil, setiap pengembang properti punya kesempatan dan pasar yang bisa digali dan dikembangkan.
PWON juga terbuka apabila kelak nantinya bekerja sama dengan pengembang properti asing dalam menggarap suatu proyek. "Yang penting partner kami harus punya chemistry dan cocok untuk diajak kerja sama," ujar dia, Jumat (28/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News