Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Bisnis properti di kawasan Asia Pasifik, termasuk di Australia, terus menggeliat. Di negeri Kanguru ini, harga properti dalam lima tahun terakhir memperlihatkan tren kenaikan hingga 10% per tahun. Alhasil, negara ini menjadi salah satu primadona bagi investor asal Indonesia yang ingin menanamkan modal di sektor properti.
Hal itu diungkapkan Iwan Sunito, Chief Executive Officer (CEO) Crown International Holdings Group, developer asal Australia yang menawarkan apartemen di Jakarta, kemarin. Menurut Iwan, saat ini properti di Australia menjadi tujuan utama investor Indonesia, selain Singapura. "Kenaikan harga properti di Australia cukup konsisten," ujarnya.
Kondisi ekonomi dan politik yang stabil di Australia menjadi faktor utama. Negara ini, kata Iwan, juga masih kekurangan rumah tinggal atau apartemen sebanyak 200.000 unit per tahun. Kota di Australia dengan tingkat kebutuhan rumah paling tinggi adalah Sydney, yakni 50.000 unit per tahun. "Oleh karena itu, properti cukup prospektif untuk investasi maupun tempat tinggal," tegas Iwan.
Selama empat tahun belakangan, nilai transaksi investor Indonesia yang membeli properti di Australia naik 30%. Saat ini, Crown Group memiliki portofolio Rp 25,8 triliun, termasuk proyek yang telah selesai dan proses pembangunan. Dalam tiga tahun ke depan, Crown Group membidik portofolio Rp 50 triliun. Dari jumlah itu, nilai transaksi investor Indonesia diproyeksikan mencapai Rp 1 triliun.
Mayoritas pembeli properti asal Indonesia memilih Australia karena faktor keperluan investasi dan kebutuhan tempat tinggal selama anak mereka bersekolah di negara tersebut. Ada juga yang membeli untuk tempat tinggal sendiri.
Associate Director Research Colliers International, Ferry Salanto, menilai salah satu daya tarik investasi properti di Australia adalah rata-rata return of investment (RoI) berkisar 6%-7% per tahun. Sementara RoI di Selandia Baru berkisar 6% per tahun. "Untuk Sydney sekitar 7%-8% per tahun," ujar dia.
Colliers International memprediksi dalam beberapa tahun ke depan investor Indonesia yang melirik pasar Australia semakin banyak. "Jika ke luar negeri, sasaran investor Indonesia adalah Singapura, Australia dan Amerika Serikat," kata Ferry.
Prisca Heparana, Head Of Major Client Relations Crown International Holdings Group, menyatakan, investor mengincar properti Australia karena didukung aturan di negara itu membolehkan warga asing memiliki properti. Bahkan pemerintah negara bagian New South Wales menerbitkan peraturan baru yang cukup menggoda investor.
Aturan itu adalah pemberian keringanan (hibah) dalam bentuk uang tunai A$ 5.000 setara Rp 50 juta bagi setiap orang yang ingin membeli properti pertama. Regulasi ini diatur lewat skema First Home Owner Grant (New Homes) dan tak berlaku bagi pembelian rumah second.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News