Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Indonesian Petroleum Association (IPA) yang merupakan asosiasi dari perusahaan-perusahaan produsen minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia baru saja menyelenggarakan Rapat Umum Tahunan.
Dalam rapat tahunan tersebut, IPA memberikan perhatian khusus pada kondisi industri migas secara global, dan Indonesia khususnya, di tengah harga minyak dan gas yang mengalami penurunan.
Melemahnya harga migas akhirnya memaksa perusahaan migas di seluruh dunia untuk melakukan restrukturisasi besar-besaran dalam kegiatan operasi dan investasi agar bisnis bisa terus berjalan.
Menurut IPA, industri migas di Indonesia sebelum terdampak pelemahan harga migas dunia pun sudah dalam keadaan terdesak, sehingga perlu melakukan reformasi untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Selama satu dekade terakhir, IPA menilai hasil eksplorasi di Indonesia masih kurang memuaskan. Ditambah dengan birokrasi yang sulit, ketidakjelasan peraturan, kesulitan dalam komersialisasi gas, jangka waktu proyek yang sangat lama, kriminalisasi, akuisisi lahan, serta berbagai masalah di area operasi yang menyebabkan penurunan daya tarik industri dan jatuhnya produksi minyak dan gas.
Craig Stewart, Presiden IPA mengatakan pemerintahan baru yang terpilih dengan berlandaskan semangat reformasi telah mengakui perlunya langkah reformasi atas industri migas. Sehingga nantinya bisa tercapai tujuan nasional yaitu mengembangkan industri energi.
"Pemerintah telah melakukan usaha yang signifikan untuk bekerja lebih dekat bersama dengan pemerintah guna memastikan reformasi berjalan efektif. IPA mengajak pemerintah untuk terus melanjutkan upaya ini dan tetap berkomitmen penuh untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam merancang dan melaksanakan reformasi ini," jelas Craig, Rabu (2/12).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News