Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Menurut dia, jika sudah ada yang bisa membudidayakan benur, akan segera disiapkan langkah untuk mengoptimalkan. Jika belum, sudah ada investor dari Vietnam yang bersedia membuka budidaya benur di Indonesia.
Masalahnya, pemijahan lobster masih sulit dilakukan. Fakta di lapangan menunjukkan, budidaya lobster masih sebatas pembesaran benur. Biaya pembesaran benih lobster pun cukup tinggi.
Di dunia, belum ada yang berhasil mengembangkan pembenihan lobster. Jika yang akan dilakukan hanya pembesaran benur, sedangkan benur diambil dari alam secara besar-besaran, akan terjadi penurunan populasi, bahkan kepunahan lobster di alam.
Harga selangit
Bagi nelayan di Indonesia, menangkap benih lobster juga dianggap lebih menguntungkan. Bahkan dianggap lebih menjanjikan ketimbang menangkap ikan di laut saat bulan Januari-April.
Baca Juga: Edhy Prabowo mengaku belum ada keputusan soal ekspor benih lobster
Kawasan pantai di selatan Jawa, seperti Pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Malang, dan Banyuwangi, adalah lokasi perburuan benih lobster.
Di periode awal tahun tersebut, banyak lobster bertelur dan benih baru menetas. Benih-benih itu berada di pinggir pantai sehingga mudah ditangkap dengan risiko kecil. Modal kerja pun kecil dengan memasang perangkap sederhana dari kertas bekas bungkus semen.
Tahun 2015, WWF Indonesia memublikasikan temuan mereka di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Di sana, tangkapan anakan lobster berukuran 0,5-1,5 cm bisa mencapai 100.000 per bulan yang dijual Rp 15.000 per ekor ke pengepul.
Baca Juga: Ekspor benih lobster, Susi Pudjiastuti: Kita akan dirugikan bila itu dibiarkan
Selanjutnya, anakan lobster itu dikirim ke Singapura, Vietnam, dan China untuk dibesarkan hingga ukuran konsumsi dan dijual mahal.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ironi Lobster, Indonesia yang Punya Benih, Vietnam yang Untung Banyak"
Penulis : Muhammad Idris
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News