kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.296.000   9.000   0,39%
  • USD/IDR 16.707   -11,00   -0,07%
  • IDX 8.395   57,53   0,69%
  • KOMPAS100 1.168   8,20   0,71%
  • LQ45 854   5,85   0,69%
  • ISSI 291   2,33   0,81%
  • IDX30 444   1,43   0,32%
  • IDXHIDIV20 513   2,30   0,45%
  • IDX80 132   1,04   0,80%
  • IDXV30 138   1,56   1,14%
  • IDXQ30 141   0,50   0,35%

Persaingan Makin Ketat, Pangsa Pasar Mobil Listrik di Indonesia Tembus 10%


Jumat, 07 November 2025 / 17:38 WIB
Persaingan Makin Ketat, Pangsa Pasar Mobil Listrik di Indonesia Tembus 10%
ILUSTRASI. Pengisian daya baterai mobil listrik di Jakarta. Persaingan di pasar mobil listrik berbasis baterai kian memanas seiring lonjakan penjualan dan masuknya sejumlah pemain baru.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan di pasar mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) kian memanas seiring lonjakan penjualan dan masuknya sejumlah pemain baru.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan mobil listrik murni sepanjang Januari–September 2025 mencapai 55.225 unit, naik tajam dari 43.188 unit sepanjang tahun 2024.

Sekretaris Umum GAIKINDO, Kukuh Kumara, mengatakan bahwa pangsa pasar BEV kini telah mencapai sekitar 9,8%–10% dari total penjualan mobil nasional.

“Sekarang pangsa pasar mobil listrik antara 9,8% sampai 10%. Mungkin bisa tembus 10% di bulan ini,” ujar Kukuh saat ditemui usai diskusi dengan media di Jakarta, Jumat (7/11).

Kukuh menilai pertumbuhan ini menandai fase penting dalam transisi industri otomotif nasional menuju elektrifikasi. Namun, ia juga mengingatkan bahwa keberlanjutan kebijakan dan kesiapan infrastruktur masih menjadi tantangan utama agar momentum tersebut tidak melambat setelah 2025.

Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Pastikan Keandalan BBM dan Layanan SPBU

Dari sisi merek, BYD masih menjadi pemain dominan di pasar BEV Indonesia dengan penjualan 20.077 unit pada sembilan bulan pertama 2025. Beberapa model unggulannya seperti M6, Sealion 7, Atto 3, Seal, Dolphin, dan Atto 1 menjadi pendorong utama performa penjualan.

Pabrikan asal Tiongkok ini juga tengah mempercepat pembangunan pabrik di Subang, Jawa Barat, yang diperkirakan rampung pada akhir 2025 sebagai bagian dari komitmen lokalisasi produksi.

Posisi kedua ditempati Wuling Motors dengan 8.345 unit. Kinerja ini ditopang oleh model Air EV, Binguo EV, dan Cloud EV. yang semuanya sudah dirakit lokal di pabrik Wuling Cikarang.

Adapun Denza, submerek premium milik Grup BYD, menempati posisi ketiga dengan penjualan 6.775 unit, seluruhnya berasal dari model D9. Di bawahnya, Chery menorehkan 6.170 unit melalui model Chery J6 dan E5.

Sementara itu, Aion mencatat 4.405 unit, disusul VinFast asal Vietnam dengan 2.841 unit, Geely 1.876 unit Hyundai 1.164 unit, Morris Garage (MG) 1.123 unit, dan Neta 487 unit.

GAIKINDO mencatat, lonjakan penjualan BEV juga ditopang oleh munculnya merek-merek baru di pasar nasional sepanjang 2025. Beberapa di antaranya yakni VinFast dari Vietnam, Polytron EV milik Grup Djarum, dan Maxus di bawah naungan Grup Indomobil.

“Semakin banyak model dan merek yang hadir, pasar akan semakin dinamis. Tapi kita juga perlu memastikan ekosistemnya siap, terutama dalam hal infrastruktur pengisian dan kebijakan purna jual,” kata Kukuh.

Pemerintah sebelumnya menegaskan akan mengakhiri fasilitas impor utuh (completely built up/CBU) untuk mobil listrik pada 31 Desember 2025, sesuai dengan Peraturan Menteri Investasi Nomor 6/2023 juncto Nomor 1/2024.

Mulai 1 Januari 2026 hingga 31 Desember 2027, setiap produsen wajib melunasi komitmen produksi lokal (skema 1:1) sesuai peta jalan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Komponen lokal tersebut mencakup spesifikasi daya motor listrik dan kapasitas baterai yang setara dengan model CBU sebelumnya.

Jika kewajiban tersebut tidak dipenuhi, pemerintah berhak mencairkan bank garansi yang telah diserahkan sebagai bentuk jaminan atas komitmen investasi.

Kukuh menilai, berakhirnya insentif CBU ini akan menjadi uji ketahanan bagi pabrikan EV di Indonesia.

“Insentif memang mendorong penetrasi pasar, tapi setelah 2025 industri harus siap dengan basis produksi lokal yang kuat,” ujarnya.

Selain isu insentif, GAIKINDO juga menyoroti aspek after sales dan keberlanjutan baterai. Kukuh menjelaskan, garansi baterai mobil listrik umumnya berlaku selama delapan tahun, namun pengelolaan limbah dan daur ulang setelah masa garansi masih menjadi tantangan bagi industri.

“Memang sudah ada inisiatif recycling, tapi sistemnya masih dalam tahap awal. Industri perlu memikirkan keberlanjutan baterai pasca-garansi agar konsumen tetap merasa aman,” ujar Kukuh.

Dengan laju pertumbuhan hampir 30% secara tahunan, GAIKINDO memperkirakan pangsa pasar BEV nasional akan stabil di kisaran 10% hingga akhir 2025, sebelum memasuki fase transisi ke produksi lokal pada 2026.

“Kalau infrastruktur dan regulasi bisa berjalan seiring, kami optimistis industri kendaraan listrik bisa tumbuh lebih sehat dan berkelanjutan,” pungkas Kukuh.

Berikut daftar penjualan mobil listrik berbasis baterai (BEV) Januari–September 2025:

  • BYD – 20.077 unit
  • Wuling – 8.345 unit
  • Denza – 6.775 unit
  • Chery – 6.170 unit
  • Aion – 4.405 unit
  • VinFast – 2.841 unit
  • Geely – 1.876 unit
  • Hyundai – 1.164 unit
  • Morris Garage (MG) – 1.123 unit
  • Neta – 487 unit
  • Total penjualan BEV Januari–September 2025: 55.225 unit

Baca Juga: VinFast Fokus Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia, Intip Strateginya

Selanjutnya: Pertamina Patra Niaga Pastikan Keandalan BBM dan Layanan SPBU

Menarik Dibaca: 11 Tanda Kolesterol Naik yang Sering Terabaikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×