Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Kawasan Indonesia Jabebeka Tbk tengah mengincar investor asing untuk berkongsi mengembangkan kawasan kota mandiri seluas 5.600 hektare (ha) di kawasan industri Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Manajemen Jababeka menargetkan kerjasama tersebut terealisasi pada tahun 2015.
Model kerjasama yang dinginkan Jababeka bersama investor asing itu adalah dengan membikin perusahaan patungan alias joint venture. "Ada rekan bisnis yang sedang kami jajaki untuk pengembangan di kawasan Cikarang," kata Suteja Sidarta Darmono, Direktur PT Kawasan Indonesia Jabebeka, Jumat (28/8).
Jababeka memang masih merahasiakan calon investor asing yang mereka gandeng. Hanya, yang pasti alasan Jababeka menggandeng investor asing terutama mereka yang memiliki kepentingan besar mendukung bisnisnya di Indonesia. Ambil contoh, investor Jepang, yang berminat mengelola kota mandiri karena mereka memiliki bisnis otomotif, teknologi, dan farmasi di kawasan Bekasi.
Kalau alasan Jababeka membangun kota mandiri karena potensi yang masih menggiurkan. Sebagai perbandingan, Jababeka ingin mengincar 1 juta penduduk lokal dan 10.000 orang asing. Sementara jumlah penduduk di Kabupaten Bekasi mencapai 4 juta orang.
Nah, di proyek kota mandiri itu, Jababeka berencana membangun superblok yang terdiri dari mal, apartemen dan hotel. Perusahaan berkode saham KIJA di Bursa Efek Indonesia tersebut akan melaju melalui anak perusahaan yang bernama PT Graha Buana Cikarang.
Sayangnya, manajemen Jababeka belum bisa membeberkan nilai investasi persis pengembangan proyek perdana kota mandiri itu. Mereka hanya bisa memperkirakan, nilai investasi bersama investor asing akan membutuhkan dana di atas Rp 2 triliun.
Dalam catatan keuangan per 30 Juni 2015, Jababeka tercatat memiliki kas setara kas sebesar Rp 1,43 triliun. Dana lancar itu hampir tiga kali lipat dari catatan semester I-2014 yang sebesar
Rp 538,70 miliar.
Tarik investor asing
Di tengah upaya tetap melanjutkan ekspansi, Jabebaka berupaya melihat sisi positif dari kondisi rupiah yang tengah melemah seperti saat ini. Darmono menyebutkan, pergerakan harga tanah saat ini justru cenderung stabil di kisaran 10%-15% dibandingkan saat perekonomian Indonesia sedang sehat. Nah, kondisi ini menjadi bekal Jababeka untuk mengiming-imingi investor asing agar mau berinvestasi properti di tanah air.
Namun, Jababeka tetap berharap agar pemerintah bisa membikin kebijakan untuk menahan agar mata uang Garuda tak melemah lebih dalam lagi. Hitungan perusahaan tersebut, level rupiah yang nyaman adalah di bawah Rp 14.000.
Adapun mengenai target kinerja, Jababeka tidak merevisi target marketing sales alias pendapatan pra penjualan tahun ini. Perusahaan itu masih pasang target marketing sales sebesar Rp 1,3 triliun. Perusahaan itu tak berbagi target pendapatan dan laba.
Sepanjang semester I-2015, pendapatan Jababeka masih tumbuh 2,78% menjadi sekitar Rp 1,48 triliun. Namun patut dicatat, laba bersih periode berjalan perusahaan tersebut turun 40,58%. Laba pada semester I-2014 adalah
Rp 419,52 miliar sedangkan laba pada semester I-2015 adakah Rp 249,29 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News