kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jaga Ekonomi RI, Inaplas Bertekad Subtitusi Impor Petrokimia


Senin, 26 September 2022 / 15:46 WIB
Jaga Ekonomi RI, Inaplas Bertekad Subtitusi Impor Petrokimia
ILUSTRASI. Pekerja melakukan monitoring pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400 ribu ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. TRIBUNNEWS/HO


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data dari Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, danPlastiklndonesia (Inaplas) menunjukkan impor produk petrokimia yang cukup tinggi. Sebagai gambaran, produk petrokimia hulu seperti polipropilena (PP), polivinil klorida (PVC), polietilena (PE), dan polistirena (PS) hampir mencapai 6 juta ton. Namun, industri dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 30% dari permintaan domestik.

Ketua Inaplas, Suhat Miyarso mengatakan sebetulnya proyek baru yang ada sekarang ini ditujukan untuk substitusi impor. Jadi selama proyek itu belum selesai kita terpaksa harus impor. karena pertumbuhan di hilir itu cukup besar dan belum bisa dipenuhi. 

Untuk substitusi impor ini memang harus bertahap, karena pertama volumenya masih besar antara 40%-50% kemudian untuk membangun itu perlu waktu lama sekitar 5 tahun, jadi tetap kita jadikan sebagai pedoman untuk perkembangan industri petrokimia akan tetapi tidak bisa instan.

“Kebutuhan akan produk petrokimia dalam negeri diperlukan segera. Jika terus mengandalkan impor, imbasnya harga produk olahan atau produk turunan dari petrokimia akan semakin tinggi. Indonesia pun dapat selamanya mengandalkan impor, yang akan terus menjadi beban anggaran negara,” ungkap Suhat dalam keterangannya, Senin (26/9).

Baca Juga: Garap Mobil Listrik, Indika Energy (INDY)-Foxconn Berkongsi Dirikan Usaha Patungan

Lebih lanjut ia mengatakan pendirian pabrik-pabrik petrokimia ini memberikan angin segar untuk perkembangan ekonomi dalam negeri. Dengan peningkatan jumlah produksi petrokimia di Indonesia, nilai volume impor produk petrokimia akan menurun.

“Di samping itu, industri petrokimia adalah sektor yang padat karya yang menyerap tenaga kerja cukup tinggi. Sebagai gambaran, satu pendirian pabrik petrokimia baru dapat menyerap sekitar lebih dari 25.000 tenaga kerja, termasuk tenaga kerja ahli. Efek berkesinambungan yang positif ini tentunya akan mendorong perekonomian di Indonesia,” tukasnya.

Di tempat yang sama, Sekretaris Jenderal Inaplas , Fajar Budiono mengatakan kalau substitusi impor itu terkait dengan supply-demand.

“Pengembangan industri petrokimia merupakan suatu awal dari perjalanan panjang. Meskipun demikian, pendirian pabrik baru Chandra Asri di Cilegon merupakan salah satu tonggak kokoh untuk pengembangan industri petrokimia yang memunculkan harapan cerah bagi industri-industri dalam negeri lainnya. Ke depannya, Indonesia tak perlu lagi bergantung pada produk-produk petrokimia impor. Bahkan, tidak ditampik bila suatu saat nanti Indonesia tidak lagi menjadi pasar, tetapi produsen produk petrokimia yang diakui dunia,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×