kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   4,88   0.55%
  • EMAS1.365.000 -0,22%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik Upaya Vale Indonesia (INCO) Investasi Lingkungan Demi Bisnis Berkelanjutan


Kamis, 28 Desember 2023 / 05:00 WIB
Menilik Upaya Vale Indonesia (INCO) Investasi Lingkungan Demi Bisnis Berkelanjutan
ILUSTRASI. Menilik Upaya Vale Indonesia (INCO) Investasi Lingkungan Demi Bisnis Berkelanjutan


Reporter: Adi Wikanto, Arfyana Citra Rahayu | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Banyak yang takjub dengan keindahan dan keasrian Taman Kehati Sawerigading Wallacea di Sorowako, Sulawesi Selatan. Kawasan yang dahulunya adalah lahan pertambangan, kini telah berubah menjadi taman yang sejuk dengan berbagai vegetasi dan fauna yang tumbuh dan berkembang dengan nyaman.

Ya, taman dengan area kelola 15 Ha dan area pengembangan 60 Ha ini memiliki Arboretum dengan koleksi 74 jenis pepohonan lokal dan endemik. Arboretum adalah suatu tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian.

Taman ini juga terintegrasi dengan fasilitas pusat persemaian (nursery) berkapasitas 750.000 bibit per tahun. Selain itu, puluhan rusa hidup damai di kawasan ini, yang sebagian diantaranya telah dilepasliarkan.

Walhasil, taman hasil pengembangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) ini tak hanya sebagai tujuan wisata. Banyak ibu-ibu PKK maupun kelompok tani yang studi banding ke kawasan ini untuk belajar tentang berkebun. Seperti yang baru terjadi 1 Desember 2023, Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Balantang, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan berkunjung ke Taman Kehati Sawerigading Wallacea.

Selama kegiatan, para Kelompok Wanita Tani diajak berkeliling di Taman Kehati Sawerigading untuk melihat tanaman-tanaman yang tumbuh. Mereka juga mendapat pelajar mulai dari cara membibit, menanam, serta cara memupuk tanaman.

Baca Juga: Divestasi Saham Vale Indonesia (INCO) Diharapkan Berfokus pada Energi Bersih

Tak heran, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengapresiasi usaha manajemen perusahaan yang dahulu bernama PT International Nickel Indonesia (INCO)  membangun fasilitas terintegrasi di Taman Kehati Sawerigading ini. Bahkan Jokowi meminta agar perusahaan lain mencontoh upaya yang sudah dilakukan Vale hingga saat ini.

“Saya segera perintahkan kepada seluruh perusahaan tambang di Indonesia men-copy, meniru yang dilakukan Vale Indonesia,” ujar Jokowi saat konferensi pers dalam peresmian Taman Kehati Sawerigading Wallacea, Sorowako, Sulawesi Selatan, Kamis (30/3/2023).

Taman Kehati adalah salah satu bentuk keseriusan investasi berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG) yang telah dijalankan perusahaan yang kini telah beroperasi di Indonesia sekitar 55 tahun. Seiring program hilirisasi nikel di Indonesia, perusahaan tambang mendapat amanat agar bertanggung jawab menjaga lingkungan di wilayah konsesinya selama masa operasi hingga pasca-tambang. Salah satu aspek yang dapat menakar keseriusan pelaku usaha melalui realisasi investasi kelesterarian lingkungan.

Dalam riset Kontan.co.id pada sejumlah Laporan Berkelanjutan 2022, emiten nikel Vale Indonesia memimpin realisasi investasi lingkungan yakni senilai US$ 16 juta atau setara Rp 246,4 miliar (asumsi kurs Rp 15.400 per dollar Amerika Serikat). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya realisasi investasi proyek lingkungan INCO mengalami penurunan di mana pada 2021 senilai US$ 30,9 juta atau Rp 462 miliar. Meski demikian, jika dibandingkan dengan emiten nikel lainnya, alokasi dana lingkungan INCO tetap yang paling tinggi (lihat grafik).

Direktur Strategic Permit Vale Indonesia, Budiawansyah menjelaskan, pihaknya memprioritaskan pelestarian lingkungan karena INCO beroperasi di Indonesia bukan hanya menambang, tetapi juga memenuhi prinsip keberlanjutan.

“Komitmen ini sudah ditegaskan dalam Conference of Parties (COP) ke-28 di Dubai, Uni Emirat Arab kemarin. Ada sebanyak 118.000 hektare lahan konsesi tambang Vale di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara. Namun cuma 48% yang kami tambang. Selebihnya kita jaga menjadi area konservasi, sehingga tetap lestari," ujarnya Rabu (20/12).

Di sepanjang tahun 2023 ini INCO menyiapkan anggaran belanja modal senilai US$ 580 juta atau setara Rp 8,43 triliun. Sampai September 2023 Vale telah merealisasikan US$ 182,7 juta yang dialokasikan untuk keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis.

Budiawansyah menuturkan, INCO memiliki prinsip untuk mengganti lahan bukaan tambang dengan aksi rehabilitasi yang luasnya bisa sampai tiga kali lipat. "Artinya, kalau kita menambang lahan yang sudah direklamasi  10 hektare, maka kami ganti (rehabilitasi) 30 hektare," tuturnya.

Selain mengembangkan Taman Kehati, INCO juga merehabilitasi lahan daerah alisan sungai (DAS) di Lappa Laona, Kabupaten Barru, seluas 250 hektare dengan tanaman pohon pinus. Itu adalah bagian dari total 10.000 hektare lahan DAS di luar area konsesi tambang Vale Indonesia tahap pertama dengan nilai anggaran Rp 200 miliar.

Di Sulawesi Selatan, rehabilitasi DAS sebanyak 10.000 hektare dilakukan di 13 kabupaten, yaitu Tana Toraja, Toraja Utara, Enrekang, Pinrang, Soppeng, Bone, Barru, Maros, Gowa, Takalar, Luwu Timur, Luwu Utara, dan Luwu.

Lahan tersebut sedang melewati proses penyerahan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang saat ini prosesnya sudah tahap P2 atau pemeliharahan akhir dan serah terima penilaian keberhasilan. Saat ini Vale Indonesia sedang melanjutkan ke tahap kedua. Prosesnya sudah masuk pada penetapan wilayah, dengan total luas lahan 4.230 hektare.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif menilai tanggung jawab perusahaan nikel untuk pasca-tambang adalah persyaratan yang wajib dilakukan.  

“Kewajiban ini sudah tertuang di studi kelayakan baik untuk reklamasi dan pemanfaatan wilayah pasca-tambang. Banyak perusahaan yang sudah berhasil,” ujarnya ditemui di Gedung Kompas Selasa (3/10).

Dia menyatakan salah satu perusahaan yang dapat dijadikan patokan keberhasilan dalam pelaksanaan tanggung jawab pasca-tambang ialah Vale Indonesia dan sejumlah perusahaan tambang menengah ke atas lainnya yang tidak diperinci nama perusahannya.

Kementerian ESDM menegaskan perusahaan tambang pelat merah sudah serius merealisasikan aspek ESG saat ini dan ke depannya. Presiden Jokowi menyampaikan, praktik pertambangan yang baik ini bisa diterapkan oleh perusahaan lain dalam bentuk peraturan dengan mempersiapkan aturan mainnya, terkhusus rehabilitasi dan reklamasi.

“Semua perusahaan tambang melakukan reklamasi dengan standar-standar internasional dan lingkungan yang  baik. Saya kira ini tidak sulit. Ini hanya mau atau tidak mau. Dan akan saya paksa untuk mau dengan peraturan. Dan tidak mahal,” tegas Jokowi.

Presiden menegaskan, bagi perusahaan yang menerapkan pertambangan yang tidak baik, perlu dikoreksi dan semua akan dievaluasi. Jokowi melihat bahwa saat ini kelemahan Indonesia di manajemen kontrol lapangan.

“Ini yang mau kita perkuat sehingga semua harus melakukan. ini bukan hal yang sulit setelah saya melihatnya di lapangan,” ujarnya.

Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli menilai INCO merupakan perusahaan yang menjalankan operasi penambangannya dengan standar tinggi termasuk dalam penerapan good mining practice (GMP) dan ESG.

Apalagi, lanjut Rizal, Vale saat ini salah satu perusahaan yang beroperasi dengan tingkat emisi karbon yang sangat rendah. Mereka diuntungkan dengan adanya danau-danau di sekitar wilayah operasionalnya, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit yang menunjang pasokan listrik hijau untuk operasional di Sorowako.

Saat ini INCO mengoperasikan tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yakni PLTA Larona 165 MW, PLTA Balambano 110 MW, dan PLTA Karebbe 90 MW. 

Gas dan Biomassa untuk Bahan Bakar Smelter

Tak hanya merehabilitasi lingkungan, Vale Indonesia juga menjalankan program untuk mengurangi emisi pada operasional produksi. INCO mengubah sumber energi di smelter menjadi gas dan energi baru terbarukan (EBT).

CEO Vale Indonesia, Febriany Eddy mengungkapkan pihaknya menyiapkan investasi US$ 8,6 miliar untuk membangun pabrik pemurnian nikel berbasis energi rendah karbon di Indonesia.

Saat ini Vale Indonesia bersama dengan sejumlah mitranya menggarap tiga proyek yakni  Sorowako Limonite Project, pengolahan nikel terintegerasi di Morowali, dan Smelter Pomalaa.

“Kami telah menginvestasikan US$ 8,6 miliar untuk ketiga proyek smelter yang menggunakan sumber energi berbasis EBT termasuk mengoptimalkan gas alam,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (10/12).

Di proyek smelter terintegrasi  di Kabupaten Morowali, INCO akan mengoperasikan area pertambangan yang berada di Bahodopi dan pabrik dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) berada di Sambalagi. Smelter ini akan memanfaatkan gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) sebagai sumber energi pembangkit listrik untuk memasok energi pabrik.

Di 2022 tahapan konseptual design untuk burner telah selesai dilaksanakan dengan potensi pengurangan emisi sekitar 442K tCO2e (22%).

Smelter terintegrasi ini merupakan Proyek Strategis Nasional pengolahan nikel berteknologi rotary kiln-electric furnace (RKEF) dengan rencana kapasitas produksi 73.000 metrik ton feronikel per tahun.

Menurut rencana, pabrik  pengolahan tersebut bakal dilistriki oleh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berkapasitas 500 megawatt (MW). Dalam catatan Kontan.co.id sebelumnya, kebutuhan LNG pada PLTG tersebut mencapai  22 juta ton MMBTU per tahun.

INCO tengah melakukan penjajakan ke sejumlah pihak untuk memenuhi kebutuhan LNG-nya ini. Salah satu pasokan LNG dari LNG Tangguh.

Pada Maret 2023 yang lalu, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro mengatakan, proses aspek komersialisasi antara BP dan Vale Indonesia sedang berlangsung, termasuk pencocokan periode kebutuhan Vale dengan ketersediaan kargo dari blok Tangguh.

Proses tersebut berlangsung dengan mempertimbangkan kontrak eksisting baik kepada kebutuhan domestik maupun ekspor. Jika tidak ada aral melintang, kargo yang tersedia bisa dialokasikan untuk kebutuhan LNG Vale Indonesia.

“Pada saat Train 3 On-stream, Tangguh produksi sekitar 180 kargo per tahun,” kata Hudi saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (3/3).

Selain gas, INCO juga akan memanfaatkan biomassa untuk mereduksi emisi di aktivitas produksinya. Di tahun lalu, Vale telah telah menyelesaikan ujicoba dalam skala produksi penggunaan biomassa sebagai pengganti batubara pada tanur pereduksi dengan hasil sesuai harapan dengan potensi pengurangan sekitar 192,K KtCO2e (10%).

Uji coba biomassa untuk mengganti bahan bakar di dua elemen signifikan pada pabrik pengolahan. Uji coba pertama, yakni biomassa sebagai redaktan di Reduction Kiln, serta biomassa sebagai combustor atau bahan bakar di Dryer.

Tahun 2023 ini, INCO juga mulai menguji coba biomassa pada kedua fungsi tersebut dengan target implementasi pada 2025.

Prospek Bisnis dan Saham Jangka Panjang

Sejumlah pihak menilai, investasi yang sudah direalisasikan INCO di dalam negeri akan memberikan dampak pada prospek bisnis jangka panjang. Maka itu, kelancaran proses divestasi 14% saham ke MIND ID diharapkan berjalan lacar.

Ketua Perhapi, Rizal Kasli menyoroti pentingnya kepastian pemberian perpanjangan izin kontrak pertambangan INCO menjai Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

“Perpanjangan kontrak tentu akan memberikan kepastian investasi bagi investor dan konservasi sumber daya dan cadangan. Perusahaan akan menganggarkan anggaran biaya untuk melakukan eksplorasi lanjutan dengan lebih serius,” ujar Rizal.

Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menilai tujuan awal divestasi saham INCO untuk perpanjangan kontrak demi memuluskan hilirisasi nikel di Tanah Air.

Meski nantinya MIND ID akan menambah porsi sahamnya di INCO, Nafan tetap melihat prospek bisnis Vale menjanjikan dalam jangka panjang karena nikel sangat diperlukan sebagai salah satu bahan baku baterai kendaraan listrik.

Hal ini terbukti dengan kinerja PT Vale Indonesia Tbk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan hingga 30 September 2023, INCO berhasil mengantongi laba tahun berjalan US$ 221,086 miliar. Jumlah itu sudah melebihi pencapaian sepanjang tahun 2022 yang hanya US$ 200,4 miliar.

Nafan berharap aksi korporasi ini bisa berjalan lancar untuk memastikan program hilirisasi nikel tidak tersendat. Hilirisasi yang terganggu akan memberikan sentimen negatif pada pergerakan saham INCO ke depan.

“Investor menghendaki atau berkeyakinan hilirisasi yang berhasil dijalankan dapat meningkatkan nilai tambah dan kinerja INCO secara optimal baik itu dari sisi top line dan bottom line,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (9/11).

Sejauh ini, pemerintah memberikan sinyal kuat akan memperpanjang izin pertambangan dan tidak menciutkan lahan milik Vale Indonesia.

Ya, bisnis memang harus mengejar untung. Namun, kelestarian lingkungan perlu mendapat perhatian khusus dan serius demi kelanjutan bisnis maupun kehidupan generasi penerus bangsa.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×