kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45896,66   8,93   1.01%
  • EMAS1.363.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik Upaya Vale Indonesia (INCO) Investasi Lingkungan Demi Bisnis Berkelanjutan


Kamis, 28 Desember 2023 / 05:00 WIB
Menilik Upaya Vale Indonesia (INCO) Investasi Lingkungan Demi Bisnis Berkelanjutan
ILUSTRASI. Menilik Upaya Vale Indonesia (INCO) Investasi Lingkungan Demi Bisnis Berkelanjutan


Reporter: Adi Wikanto, Arfyana Citra Rahayu | Editor: Adi Wikanto

Gas dan Biomassa untuk Bahan Bakar Smelter

Tak hanya merehabilitasi lingkungan, Vale Indonesia juga menjalankan program untuk mengurangi emisi pada operasional produksi. INCO mengubah sumber energi di smelter menjadi gas dan energi baru terbarukan (EBT).

CEO Vale Indonesia, Febriany Eddy mengungkapkan pihaknya menyiapkan investasi US$ 8,6 miliar untuk membangun pabrik pemurnian nikel berbasis energi rendah karbon di Indonesia.

Saat ini Vale Indonesia bersama dengan sejumlah mitranya menggarap tiga proyek yakni  Sorowako Limonite Project, pengolahan nikel terintegerasi di Morowali, dan Smelter Pomalaa.

“Kami telah menginvestasikan US$ 8,6 miliar untuk ketiga proyek smelter yang menggunakan sumber energi berbasis EBT termasuk mengoptimalkan gas alam,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (10/12).

Di proyek smelter terintegrasi  di Kabupaten Morowali, INCO akan mengoperasikan area pertambangan yang berada di Bahodopi dan pabrik dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) berada di Sambalagi. Smelter ini akan memanfaatkan gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) sebagai sumber energi pembangkit listrik untuk memasok energi pabrik.

Di 2022 tahapan konseptual design untuk burner telah selesai dilaksanakan dengan potensi pengurangan emisi sekitar 442K tCO2e (22%).

Smelter terintegrasi ini merupakan Proyek Strategis Nasional pengolahan nikel berteknologi rotary kiln-electric furnace (RKEF) dengan rencana kapasitas produksi 73.000 metrik ton feronikel per tahun.

Menurut rencana, pabrik  pengolahan tersebut bakal dilistriki oleh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berkapasitas 500 megawatt (MW). Dalam catatan Kontan.co.id sebelumnya, kebutuhan LNG pada PLTG tersebut mencapai  22 juta ton MMBTU per tahun.

INCO tengah melakukan penjajakan ke sejumlah pihak untuk memenuhi kebutuhan LNG-nya ini. Salah satu pasokan LNG dari LNG Tangguh.

Pada Maret 2023 yang lalu, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro mengatakan, proses aspek komersialisasi antara BP dan Vale Indonesia sedang berlangsung, termasuk pencocokan periode kebutuhan Vale dengan ketersediaan kargo dari blok Tangguh.

Proses tersebut berlangsung dengan mempertimbangkan kontrak eksisting baik kepada kebutuhan domestik maupun ekspor. Jika tidak ada aral melintang, kargo yang tersedia bisa dialokasikan untuk kebutuhan LNG Vale Indonesia.

“Pada saat Train 3 On-stream, Tangguh produksi sekitar 180 kargo per tahun,” kata Hudi saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (3/3).

Selain gas, INCO juga akan memanfaatkan biomassa untuk mereduksi emisi di aktivitas produksinya. Di tahun lalu, Vale telah telah menyelesaikan ujicoba dalam skala produksi penggunaan biomassa sebagai pengganti batubara pada tanur pereduksi dengan hasil sesuai harapan dengan potensi pengurangan sekitar 192,K KtCO2e (10%).

Uji coba biomassa untuk mengganti bahan bakar di dua elemen signifikan pada pabrik pengolahan. Uji coba pertama, yakni biomassa sebagai redaktan di Reduction Kiln, serta biomassa sebagai combustor atau bahan bakar di Dryer.

Tahun 2023 ini, INCO juga mulai menguji coba biomassa pada kedua fungsi tersebut dengan target implementasi pada 2025.

Prospek Bisnis dan Saham Jangka Panjang

Sejumlah pihak menilai, investasi yang sudah direalisasikan INCO di dalam negeri akan memberikan dampak pada prospek bisnis jangka panjang. Maka itu, kelancaran proses divestasi 14% saham ke MIND ID diharapkan berjalan lacar.

Ketua Perhapi, Rizal Kasli menyoroti pentingnya kepastian pemberian perpanjangan izin kontrak pertambangan INCO menjai Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

“Perpanjangan kontrak tentu akan memberikan kepastian investasi bagi investor dan konservasi sumber daya dan cadangan. Perusahaan akan menganggarkan anggaran biaya untuk melakukan eksplorasi lanjutan dengan lebih serius,” ujar Rizal.

Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menilai tujuan awal divestasi saham INCO untuk perpanjangan kontrak demi memuluskan hilirisasi nikel di Tanah Air.

Meski nantinya MIND ID akan menambah porsi sahamnya di INCO, Nafan tetap melihat prospek bisnis Vale menjanjikan dalam jangka panjang karena nikel sangat diperlukan sebagai salah satu bahan baku baterai kendaraan listrik.

Hal ini terbukti dengan kinerja PT Vale Indonesia Tbk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan hingga 30 September 2023, INCO berhasil mengantongi laba tahun berjalan US$ 221,086 miliar. Jumlah itu sudah melebihi pencapaian sepanjang tahun 2022 yang hanya US$ 200,4 miliar.

Nafan berharap aksi korporasi ini bisa berjalan lancar untuk memastikan program hilirisasi nikel tidak tersendat. Hilirisasi yang terganggu akan memberikan sentimen negatif pada pergerakan saham INCO ke depan.

“Investor menghendaki atau berkeyakinan hilirisasi yang berhasil dijalankan dapat meningkatkan nilai tambah dan kinerja INCO secara optimal baik itu dari sisi top line dan bottom line,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (9/11).

Sejauh ini, pemerintah memberikan sinyal kuat akan memperpanjang izin pertambangan dan tidak menciutkan lahan milik Vale Indonesia.

Ya, bisnis memang harus mengejar untung. Namun, kelestarian lingkungan perlu mendapat perhatian khusus dan serius demi kelanjutan bisnis maupun kehidupan generasi penerus bangsa.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×