kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

JALA Soroti Performa Industri Udang Tanah Air


Jumat, 08 Maret 2024 / 17:36 WIB
JALA Soroti Performa Industri Udang Tanah Air
ILUSTRASI. JALA, perusahaan akuakultur


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Jane Aprilyani

KONTAN.CO.ID - Perkembangan bisnis industri udang di tanah air tidak dalam kondisi menyenangkan. Hal ini diungkapkan Haris Muhtadi, Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) dalam acara Shrimp Outlook 2024 di Fairfield by Marriott, Surabaya.

Menurut Haris kondisi industri udang Indonesia memang tidak dalam kondisi yang menyenangkan, tetapi problematika yang dihadapi inilah yang membuat pelaku industri lebih solid dan kompak. Sementara itu, Aryo Wiryawan sebagai Chairman JALA menyampaikan pentingnya kolaborasi untuk berhasil di kancah global.

Liris Maduningtyas selaku co-founder dan CEO JALA  memaparkan, rata-rata produktivitas tambak udang 2023 ada di 12 ton/ha. “Untuk mengusahakan profitabilitas terbaik, petambak direkomendasikan untuk berbudidaya selama 70-80 hari atau 100-110 hari,” ujar Liris dalam keterangan yang diterima KONTAN, Jumat (8/3).

Liris juga menekankan pentingnya meningkatkan penyerapan udang oleh pasar lokal untuk melindungi harga udang Indonesia dari perubahan ekstrem yang diakibatkan oleh ketidakstabilan pasar ekspor. Ia menambahkan, setiap usaha peningkatan produksi tahun ini harus diiringi dengan keseimbangan lingkungan dan pencatatan data.

Shrimp Outlook 2024 juga membahas strategi mendapatkan pendanaan bagi petambak melalui diskusi panel pertama, dengan tema “The Next Level of Farm Financing”. Diskusi ini memaparkan berbagai mekanisme pendanaan inovatif yang dapat dimanfaatkan petambak udang untuk meningkatkan peluang bisnis mereka.

Baca Juga: Udang Kena Dumping di AS, KKP Cari Pasar Lain

Diskusi ini menghadirkan George Samuel, Advisor of PT Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG), serta Susanto dari BRI, dan dimoderatori oleh Cynthia Darmawan. George Samuel membahas pentingnya pencatatan data secara rutin dan pembuatan laporan keuangan bagi petambak yang ingin mengajukan pendanaan bank maupun equity funding.

Salah satu tantangan terbesar untuk industri udang Indonesia saat ini adalah dampak dari pasar global yang fluktuatif. Gunawan Mulyono dari AP5I dan Ricky Leonardo dari TreeDots mengungkap kondisi pasar udang saat ini, terdapat kelebihan pasokan udang di pasar global dan persaingan yang meningkat dari negara-negara seperti Ekuador dan China. Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing udang Indonesia memerlukan produk udang dengan nilai tambah atau udang masak untuk mencapai harga jual yang lebih baik.

Melihat lebih jauh produksi benur bersama ahlinya

Melihat bahwa hatchery adalah salah satu industri penting yang berpengaruh terhadap produksi udang. Hatchery saat ini telah merespons isu berbagai penyakit udang, dengan terus melakukan perbaikan seperti memperketat screening dan biosekuriti sebagai bagian dari prosedur pengendalian penyakit. Hatchery juga memastikan pemberian pakan hidup berkualitas yang kaya EPA dan DHA untuk menghasilkan benur. Semua usaha ini dilakukan sebagai komitmen hatchery untuk menghasilkan benur berkualitas bebas penyakit untuk dibudidayakan petambak.

Baca Juga: JALA Raih Pendanaan Seri A US$ 13,1 Juta untuk Perkuat Budidaya Udang Indonesia

Solusi untuk kesehatan udang dan efisiensi budidaya

Salah satu perusahaan di bidang teknologi akuakultur, GreenSage Prebiotics. berkesempatan berbagi tentang inovasi baru mereka untuk meningkatkan kesehatan udang dari dalam. Selva Kumar, VP of Engineering GreenSage Prebiotics, memperkenalkan Pretego, produk terkini mereka. Produk ini menggunakan kopra yang didaur ulang untuk mendukung pertumbuhan dan keberlangsungan hidup udang serta  pertumbuhan bakteri menguntungkan untuk akuakultur. Pretego akan membantu petambak mengurangi biaya budidaya mereka secara signifikan dan meningkatkan SR udang mereka.

Perusahaan teknologi akuakultur yang berbasis di Baltimore, Maryland, bernama Minnowtech pun turut memperkenalkan solusinya. Suzan Shahrestani, co-founder Minnowtech, menyorot inovasi terkini untuk menghitung biomassa udang melalui teknologi sonar dengan akurasi lebih dari 95%. Solusi ini telah memantau lebih dari 1,3 miliar udang di seluruh dunia.

JALA juga memperkenalkan berbagai solusi untuk mengatasi isu di industri udang. JALA App, platform software manajemen tambak udang, membantu petambak memonitor kondisi terkini dan mengelola tambak dengan pengambilan keputusan berbasis data. Alat ukur kualitas air multiparameter, JALA Baruno, juga membantu menyederhanakan proses pengukuran dan pemantauan kualitas air. Selain teknologi budidaya, JALA juga menyediakan dukungan budidaya dalam bentuk suplai, pendanaan, dan akses pasar. Solusi end-to-end JALA menunjukkan dedikasinya untuk hadir membantu di setiap tahap perjalanan budidaya udang.

Baca Juga: Resep Sapo Tahu Seafood, Menu Chinese Food Lengkap Ada Udang, Cumi, dan Gurami

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×