kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jalur Merak macet, omzet pengusaha SPBU melorot


Senin, 28 Februari 2011 / 18:12 WIB
Jalur Merak macet, omzet pengusaha SPBU melorot
ILUSTRASI. Atlet wushu Filipina Divine Wally (kiri) bertanding melawan atlet wushu Iran Elaheh Mansoryan Samiroumi (kanan) dalam partai semifinal Sanda Putri 52 kg Asian Games 2018 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (22/8).


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Rizki Caturini

BANTEN. Pengelola Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di Jalan Cikuasa Atas, Merak merasa dirugikan akibat kemacetan yang terjadi sejak tiga bulan yang lalu itu membuat dua SPBU milik Pertamina yang berada di sana sepi pembeli.

Penjualan bahan bakar mengalami penurunan hingga mencapai 90% dari penjualan pada saat keadaan normal. Jalan Cikuasa Atas merupakan jalan dari pintu tol Merak hingga ke pelabuhan yang panjangnya mencapai sekitar 7 kilometer (km).

Dua minggu terakhir saat kemacetan makin parah, penumpukan truk terjadi di tempat itu hingga panjangnya mencapai sekitar 4 km dari depan fly over merak hingga pintu tol.

Truk-truk yang berada di sana harus mengantre satu hingga tiga hari di jalan itu sebelum bisa memasuki pelabuhan dan naik kapal. Di jalur itu terdapat dua SPBU, yaitu SPBU 408 dan SPBU 409.

Pengawas SPBU 408, Sunadi mengatakan, apalagi setelah jalur itu ditutup untuk bus dan kendaraan umum lain dan hanya diizinkan untuk truk angkutan barang.

Padahal, truk-truk itu biasanya sudah mengisi bahan bakar penuh saat berangkat dari Jakarta atau kota lain. "Karena berhenti berjam-jam, kemacetan tidak terlalu menyita bahan bakar, jadi jarang yang mengisi di sini," katanya, Senin (28/2).

Pada hari normal, Sunadi mengatakan, penjualan solar dan bensin di sana per bulan mencapai sekitar Rp 600 juta. Tapi, setelah kemacetan sering terjadi sejak Desember 2010 dan menjadi makin parah, angka penjualan di sana menurun drastis hanya Rp 50 juta sebulan.

Selain itu, dari tiga dispenser yang tersedia, kini SPBU hanya mengoperasikan dua dispenser saja. Pasokan BBM dari Pertamina juga dikurangi. Sejak 1 Februari 2011, menurutnya, SPBU itu baru satu kali mendapat pasokan BBM sebanyak 48 ton dan belum habis hingga sekarang. "Padahal, biasanya sebulan rata-rata habis 1.500 ton," terang Sunadi.

Kondisi SPBU 409, menurut Sunadi, juga tidak jauh berbeda. Penjualan di tempat pengisian bahan bakar di sana juga turun drastis. Tidak cuma itu, minimarket yang melengkapi fasilitas SPBU juga ikut sepi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×