kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jika restrukturisasi utang berhasil, kinerja Garuda (GIAA) baru bisa pulih di 2023


Rabu, 10 November 2021 / 07:05 WIB
Jika restrukturisasi utang berhasil, kinerja Garuda (GIAA) baru bisa pulih di 2023


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) masih berjibaku dalam upaya restrukturisasi utang dan penyehatan perusahaan. Sekalipun restrukturisasi menemui titik terang, namun pemulihan kinerja operasional dan bisnis Garuda tak bisa instan.

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmojo membeberkan, kondisi keuangan maskapai penerbangan GIAA secara teknikal dalam kondisi bangkrut (technically bankrupt).

Pasalnya, ekuitas GIAA saat ini negatif hingga US$ 2,8 miliar atau sekitar Rp 40 triliun, dengan tambahan negatif ekuitas setiap bulannya mencapai US$ 100 juta - US$ 150 juta atau RP 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun.

"Kalau dalam kondisi seperti ini, istilah perbankan sebenarnya technically bankrupt, tapi legaly (secara hukum) belum. Ini yang sekarang kita berusaha bagaimana bisa keluar dari situasi ini," kata Tiko, sapaan akrab Kartika dalam Rapat Kerja Menteri BUMN dengan Komisi VI, Selasa (9/11).

garyBaca Juga: Rapat dengan Sri Mulyani, Anggota DPR Misbakhun: Garuda ini mau kita apakan?

Nasib Garuda pun ditentukan oleh persetujuan skema restrukturisasi oleh kreditur. Tiko menekankan, restrukturisasi Garuda juga akan sangat bergantung kepada persetujuan lessor, lantaran sekitar 65% nilai utang Garuda ada di Lessor.

Kata dia, selama ini Garuda membukukan penambahan utang yang signifikan setiap bulannya karena pendapatan (revenue) Garuda yang masih landai, dibandingkan dengan kenaikan biaya (cost) yang dikeluarkan.

"Kami mencoba mencari rumusan bagaimana bisa keluar dari permasalahan ini. Yang paling utama adalah transformasi bisnis. Karena kami memahami Garuda di masa lalu banyak inefisiensi, baik dari sisi rute, operasional, dan sebagainya," sambung Tiko.

Setidaknya ada lima elemen utama dalam business plan Garuda yang baru. Pertama, mengoptimalkan route network dengan hanya mengoperasikan rute-rute penerbangan yang profitable.

Fokus awal adalah rute-rute penerbangan domestik dan rute-rute penerbangan internasional tertentu dengan tujuan volume kargo.

Kedua, menurunkan jumlah pesawat Garuda dan Citilink dari 202 pesawat di 2019 menjadi 134 di 2022 dan 188 di 2026 agar selaras dengan route network yang telah dioptimalkan, dan menurunkan tipe pesawat dari 13 jenis menjadi hanya 7 jenis untuk mensimplifikasi operasional pesawat.

Baca Juga: Indonesia govt prefers court-led debt renegotiation for airline Garuda

Ketiga, melakukan negosiasi ulang kontrak sewa pesawat-pesawat yang akan digunakan oleh Perseroan ke depannya dengan tujuan untuk menyesuaikan biaya sewa pesawat dengan market rates saat ini.

Keempat, meningkatkan kontribusi pendapatan kargo melalui peningkatan utilisasi belly capacity dan digitalisasi operasional.

Kelima, meningkatkan kontribusi pendapatan ancillary melalui product unbundling, ekspansi produk yang ditawarkan, dan penerapan dynamic pricing strategy.

Dengan asumsi skema restrukturisasi diterima dan rencana bisnis Garuda berjalan, maskapai plat merah ini ditaksir baru bisa kembali mencapai kinerja operasional yang positif pada Q3-2022.

Sebagai gambaran, total operating cost Garuda berada di level US$ 164 juta di Oktober 2021. Namun, total operating revenue Garuda hanya berkisar di angka US$ 68 juta. Selisih antara total revenue dan cost Garuda ditaksir masih sangat lebar, dan baru mendekati titik keseimbangan pada April 2022.

Memasuki Q3-2022, diproyeksikan total operating revenue Garuda bisa mencapai US$ 112 juta, sudah lebih tinggi ketimbang total operating cost sekitar US$ 107 juta di Juli 2022.

"Yang penting sekali mencapai kesepakatan dengan kreditur untuk pengurangan utang dan bunga untuk menekan cost bunga dan leasing secara signifikan, dan in line dengan kenaikan revenue. Asumsinya tidak ada PPKM ketat dan gelombang covid-19," sebut Tiko.

Baca Juga: Pesawat Garuda tinggal 40-60 pesawat dari 143 unit, GIAA sepi terbang

Dia menambahkan, revenue Garuda diharapkan bisa pulih pada akhir tahun 2022 dengan raihan pendapatan di level US$ 120 juta. Lalu beranjak naik ke level normal US$ 200 juta per bulan sebagaimana revenue pada awal 2020 sebelum pandemi.

"Tapi yang kita harapkan dalam proses negosiasi akan memotong cost struktur Garuda, setengah dari cost struktur saat ini, menjadi sekitar US$ 100 juta, sehingga Garuda muncul sebagai airline yang positif lagi di tahun 2023," sebut Tiko.

Skema Restrukturisasi

Dalam forum yang sama, Tiko menyebut bahwa Garuda sudah menyiapkan proposal restrukturisasi untuk melakukan renegosiasi dengan para lessor guna mengurangi utang. Targetnya, Garuda akan menekan utangnya menjadi US$ 3,69 miliar.

Pertama, Garuda akan mengurangi jumlah pesawat dari 202 armada pada 2019 menjadi 134 pada 2022. Pengurangan jumlah armada ini sejalan dengan pemangkasan rute serta tipe pesawat.

Garuda akan berfokus menerbangi rute potensial dalam negeri. Sedangkan dari sisi jenis pesawat, Garuda akan bakal memangkas armadanya dari total 13 jenis menjadi hanya tujuh jenis.

Baca Juga: Ini tiga opsi baru restrukturisasi utang jumbo Garuda (GIAA) segede Rp 140 triliun

Kedua, Garuda akan melakukan negosiasi utang atas kontrak sewa pesawat yang masih akan dipakai perseroan pada masa mendatang.

Melalui renegosiasi Tiko berharap biaya sewa pesawat Garuda dan anak usahanya, Citilink, turun 40%-50 persen dari tarif saat ini.

Ketiga, Garuda akan menempuh pembatalan nilai utang dan tunggakan secara material. Pengurangan utang akan dilakukan untuk tipe-tipe kreditur tertentu.

Untuk kreditur BUMN, seperti Airnav, Gapura, dan bank-bank himbara, Garuda akan menerbitkan zero coupon bond. ZCB merupakan instrumen surat utang tanpa bunga hingga jatuh tempo. 

Selanjutnya untuk tunggakan terhadap Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, lessor, vendor, sukuk, bank swasta, hingga pembelian pesawat yang ditangguhkan, Garuda akan menerbitkan new coupon debt.

Dihubungi terpisah, Peneliti Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto mengungkapkan bahwa berbagai skema restrukturisasi Garuda itu akan sulit berjalan tanpa adanya dukungan dari pemerintah.

Menurut Toto, Garuda membutuhkan cash flow untuk menyangga operasinya, terutama saat masuk masa peak season dengan pulihnya demand penerbangan serta musim angkutan haji/umrah.

"Jadi rencana pinjaman modal kerja dalam kerangka PEN supaya bisa direalisasi. Adanya dukungan pemerintah ini bisa jadi angin segar yang bisa meyakinkan kreditur/lessor sehingga proses renegosiasi dgn mrk bisa berjalan lebih mulus," kata Toto saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (9/11).

Baca Juga: Wamen BUMN Kartika: Ekuitas negatif US$ 2,8 miliar, secara teknikal Garuda bangkrut

Dari sisi strategi bisnis dan operasional, efisiensi rute penerbangan menjadi langkah yang mesti dikerjakan. Dalam hal ini, Garuda juga bisa lebih fokus menggarap potensi pasar regional dan domestik.

"Pemangkasan rute long distance ke Eropa, misalnya dan lebih fokus di pasar regional dan domestik akan membantu Garuda meningkatkan revenue dan angka bottom line yang lebih signifikan," pungkas Toto.

Selanjutnya: Tingkatkan cakupan vaksinasi, pemerintah daerah diminta segera habiskan ketersediaan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×