Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk pembangkit listrik. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengatakan, penandatanganan kontrak untuk EBT pada tahun ini sudah meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Jonan bilang sepanjang tahun ini sudah ada 60 kontrak EBT yang telah ditandatanganin. Kapasitasnya sudah mencapai 1 gigawatt (GW).
"Kalau lihat tahun 2014, 2015, 2016 ketika tarif jauh lebih tinggi tapi kontraknya sedikit. Tapi sampai saat ini yang tandatangan kontrak dengan PLN ini sudah mencapai 703 MW. Plus panas bumi, mungkin ada 1 GW tahun ini," klaim Jonan dalam acara Pertambangan & Energi Expo 2017 di Hotel J.W.Marriot Jakarta,Selasa (26/9).
Ke depannya Jonan optimistis akan ada terus peningkatan pemanfaatan EBT untuk pembangkit listrik. Pasalnya pada bulan Oktober 2017 mendatang akan ada PPA baru yang akan ditandatangani antara pengusaha EBT dengan PLN.
"Mudah-mudahan bulan depan ada tandatangan lagi sebesar 200MW-300 MW lagi," katanya.
Pembangkit EBT ini akan dibangun tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kapasitas pembangkit listriknya pun tidak besar-besar, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Jawa Tengah dengan kapasitas hanya sebesar 0,9 MW dengan tarif US$ 6,18 sen per kwh.
Menurut Jonan, tarif listrik dari PLMTH tersebut sudah cukup terjangkau. Ke depannya pemerintah pun berharap pengusaha EBT bisa terus menetapkan tarif yang wajar sehingga tarif listrik yang dibayar masyrakat bisa lebih terjangkau.
Jonan pun mencontohkan proyek pemanfaatan EBT arus laut selat Laratuka di Nusa Tenggara Timur (NTT) berkapasitas 20 MW yang akan dibangun oleh investor dari Belanda. Sebelumnya proyek yang diperkenalkan oleh Gubernur NTT ini tidak disetujui oleh Menteri ESDM karena tarifnya yang begitu tinggi hingga mencapai di atas US$ 16 sen per kwh.
Namun tarif pembangkit listrik berbasis arus laut ini ternyata bisa turun. "Saya bilang harganya berapa, dia bilang US$ 7,8 sen per kwh. Kalau US$ 7,18 sen saya enggak akan tawar, saya kasih PLN," kata Jonan.
Lebih lanjut Jonan bilang jika banyak pengusaha EBT yang bisa memberikan tarif yang lebih terjangkau, maka pemerintah yakin target bauran energi dari EBT sebesar 23% pada 2025 bisa tercapai. Target bauran energi dari EBT tersebut akan didapat dari sektor kelistrikan dan transportasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News