Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
"Yang saya khawatirkan justru industri rokok elektronik nasional yang terancam akibat kebijakan cukai dan tambahan pajak yang akan diterapkan pemerintah.”
Baca Juga: Ini alasan JUUL hentikan sementara suplai produk barunya di Indonesia
Secara nasional kontribusi industri rokel cukup signifikan. Hingga kuartal I-2020 sektor ini menyumbang Rp 400 miliar hanya dari cukai, belum termasuk pajak. Jumlah itu hampir 4 kali lipat dibanding penerimaan cukai dari industri tekstil sepanjang tahun 2019. Ditargetkan hingga akhir 2020, sektor ini mampu menyumbang hingga Rp 1 triliun dari cukai saja.
Dia pun menilai prospek industri rokel Indonesia masih sangat terbuka di masa pandemi Covid-19 ini. Apalagi pemerintah berencana mengenakan pajak tambahan bagi industri tembakau dan turunannya, sehingga rokel bisa memberi anternatif bagi para konsumen.
"Di saat Covid-19 orang juga mencari cara hidup lebih sehat, misalkan tren bersepeda agar tubuh lebih fit. Nah, rokel ini juga bisa dibilang begitu. Lebih sehat dibanding rokok dari tembakau," tutup Aryo.
Sementara itu salah satu pelanggan Juul, Dio Alief Irawan, merasa khawatir dengan perginya pabrikan rokok elektronik ini dari Asia, dia mempertanyakan bagaimana pasokan pods pengguna Juul di Indonesia yang sudah nyaman dengan produk ini.
“Saya sudah cukup lama memakai Juul sebagai pengganti rokok, kalau perusahaannya sudah tidak ada di Tanah Air nanti saat saya kehabisan pods bagaimana mencarinya. Sedangkan bukan hanya dari Indonesia mereka (Juul) perginya, tetapi Asia, hal ini menyebabkan teman-teman sesama pengguna Juul harus mencari produk lainnya yang mungkin serupa,” ujar Dio.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News