kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kadin: Sektor swasta siap mengakselerasi transisi energi Indonesia


Rabu, 10 November 2021 / 21:08 WIB
Kadin: Sektor swasta siap mengakselerasi transisi energi Indonesia
ILUSTRASI. Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di sebuah komplek perumahan di Tangerang Selatan, Banten, Rabu (22/9). KONTAN/Baihaki/22/9/2021


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi

Terkait tata niaga ketenagalistrikan Indonesia dimana PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki peran sentral, Yusrizki menanggapi beberapa diskusi yang sempat terjadi mengenai apakah diperlukan badan pengatur khusus bagi sektor EBT.

“KADIN melihat tidak perlu ide badan pengatur khusus, yang lebih penting adalah menguatkan peran serta PLN dalam konteks transisi energi Indonesia. Kami dari KADIN selalu membuka diri sebagai mitra diskusi PLN dan dalam setiap kesempatan kami selalu menyampaikan pentingnya inovasi dari proses procurement PLN, misalnya mengadopsi sistem reverse auction,” sambungnya.

Menurutnya, banyak rekan-rekan pengembang EBT swasta lokal terbiasa dengan metode reverse auction, maka memang sudah saatnya PLN melihat dan mengadopsi metode ini untuk juga memberikan warna baru dalam akselerasi transisi energi.

Sementara itu, mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) juga menjadi sorotan dalam beberapa sesi diskusi di minggu pertama COP26, Yusrizki menjelaskan jika pada dasarnya KADIN mendukung TKDN sebagai komponen green industrial revolution di Indonesia.

Ia menambahkan, sudah sepatutnya Indonesia melihat potret realita yang ada sebab selama ini rekan-rekan manufaktur EBT, misalnya manufaktur panel surya, tidak memiliki pasar yang cukup besar yang memungkinkan untuk melakukan ekspansi, baik dari sisi volume produksi maupun teknologi.

Green RUPTL PLN inilah yang ia lihat sebagai titik berangkat yang baik bagi industri panel surya. Indonesia dapat mengadopsi model di India dimana dalam periode tertentu, pengembang dibebaskan untuk mengimpor hampir 100% dari komponen PLTS dengan syarat mereka memberikan komitmen untuk membangun fasilitas manufaktur di India. Ia berpendapat, jika komitmen ini tidak dipenuhi, maka dipastikan pengembang tersebut tidak diperbolehkan mengikuti proses tender berikutnya.

“Agenda transisi energi merupakan agenda nasional yang harus didukung oleh setiap sektor. Sektor ketenagalistrikan, jika dilihat sebagai sektor utama, pada dasarnya sudah siap berlari. Tentunya harus diiringi oleh sektor-sektor lain yang akan berperan sebagai enabler, tutupnya.

Selanjutnya: Pertamina bertekad optimalkan pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×