Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang meminta porsi biodiesel sebanyak 30% dari Bahan Bakar Minyak (BBM) berpotensi menggerakkan harga minyak kelapa sawit (CPO) dunia. Pasalnya, sesuai hukum suplai dan permintaan, bakal terjadi penarikan suplai yang besar dari Indonesia dan memicu kekurangan stok global dan kenaikkan harga internasional.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor menyatakan atas arah kebijakan tersebut, pihaknya menyambut baik ditingkatkannya porsi biodiesel. "Bila B30 jadi diterapkan, maka harga CPO bisa naik karena mengikuti hukum supply dan demand karena ada kebutuhan besar di Indonesia," kata Tumanggor kepada Kontan.co.id, Selasa (10/7).
Selama ini program mandatory biodiesel 20% (B20) tengah dijalankan dan kini mendapat dorongan untuk ditingkatkan hingga mencapai 30% (B30).
Asal tahu, harga CPO kini dalam tren melemah. Mengutip informasi dari Malaysian Palm Oil Council (MPOC), harga CPO per 9 Juli berada di posisi RM 2.268 per metrik ton, artinya sepanjang tahun 2018 harga sudah turun 10,43% dari posisi RM 2.532 di awal tahun ini.
Sedangkan mengacu pada bursa derivatif Malaysia, untuk harga CPO kontrak pengiriman September dihargai RM 2.242 per ton. Harga ini terus turun.
Adapun biodiesel merupakan produk turunan dari CPO. Tahun ini, produksi CPO diperkirakan bakal mencapai 40 juta ton. Aprobi memperkirakan, serapan biodiesel dalam negeri mencapai 3,5 juta kiloliter pada 2018. Sebanyak 2,8 juta-3 juta kiloliter ditujukan untuk Public Service Obligation (PSO) sementara 500.000 kiloliter akan diserap untuk non PSO.
Namun sesungguhnya, kapasitas produksi biofuel dalam negeri adalah sebesar 11 juta ton. Selama ini sebanyak 20% dari porsi tersebut digunakan untuk BBM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News