Reporter: Petrus Dabu, Fitri Nur Arifenie | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Pembangunan kilang bakar minyak (BBM) mendesak dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor BBM. Tahun ini, kilang minyak milik Pertamina hanya mampu mengolah 41 juta kilo liter (kl) per tahun, sementara kebutuhan BBM nasional tahun ini mencapai 52,4 juta kl.
Terbatasnya produksi kilang milik Pertamina itu membuat adanya defisit BBM hingga 13,5 juta kl, naik dari defisit tahun 2011 sebesar 11,4 juta kl. “Defisit BBM itu akan dipenuhi dari impor,” kata Vice President Communication Pertamina, Muhamad Harun kepada KONTAN, Senin (2/1).
Oleh karena itu, kebutuhan pembangunan kilang mendesak dilakukan agar tidak mengalami ketergantungan BBM impor. Jika kilang tidak dibangun, Harun khawatir angka impor BBM akan membesar. “Meski investasi membangun kilang cukup besar, tetapi baik untuk jangka panjang,” kata Harun.
Seperti diketahui, kilang-kilang milik Pertamina saat sudah berusia tua karena dibangun tahun 1970an. Kapasitas kilang Pertamina itu hanya bisa memproduksi 41 juta kl, untuk pemenuhan kebutuhan BBM lainnya Pertamina mengandalkannya dari impor.
Pertamina memiliki 6 kilang dengan total kapasitas pengolahan minyak mentah kurang lebih 1 juta barrel per hari dan produksi BBM sebanyak 41 juta kl per tahun yang terdiri dari, premium 12 juta kl, solar 18,3 juta kl, kerosene 7 juta kl, dan avtur 3,3 juta kl.
Untuk membangun kilang, Pertamina membutuhkan laba yang cukup. Ia bilang, laba kilang saat ini tidak sesuai dengan bisnis kilang. “Kami butuh laba yang layak supaya investor kilang ada yang mau masuk,” jelas Harun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News