kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.471   -1,00   -0,01%
  • IDX 6.894   62,20   0,91%
  • KOMPAS100 1.000   9,34   0,94%
  • LQ45 774   6,67   0,87%
  • ISSI 220   2,81   1,30%
  • IDX30 401   2,46   0,62%
  • IDXHIDIV20 475   1,62   0,34%
  • IDX80 113   1,02   0,91%
  • IDXV30 115   0,11   0,09%
  • IDXQ30 131   0,72   0,56%

Kebutuhan gas di 2020 Capai 120 juta ton per tahun


Senin, 25 April 2016 / 00:00 WIB
Kebutuhan gas di 2020 Capai 120 juta ton per tahun


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pemerintah telah memproyeksi adanya peningkatan kebutuhan gas hingga tahun 2020. Karena itu, tidak heran jika Indonesia tidak lagi menjadi negara eksportir Liquified Natural Gas (LNG) tetapi menjadi negara pengimpor LNG.

Proyeksi tersebut juga ditegaskan oleh PT Pertamina (persero). VP Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan ada kebutuhan gas hingga mencapai 120 juta ton per tahun pada tahun 2020.

Sementara itu, khusus untuk kebutuhan gas di Jawa Barat sudah dianalisis adanya defisit pasokan gas pada tahun 2013 mencapai 349 mmscfd. Sementara hingga 2020 bisa mencapai 753 mmscfd.

Untuk mengatasi hal tersebut, Pertamina telah mulai mencari pasokan LNG di pasar internasional salah satunya melakukan perjanjian pembelian LNG dengan Cheniere Corpus Christi, Amerika Serikat.

Selain itu, Pertamina juga melakukan kontrak pembelian LNG dengan Woodside yang merupakan perusahaan asal  Australia.  

"Kami punya kapasitas gas LNG pada tahun 2019 sampai 20 tahun berikutnya sebesar 75 juta ton per tahun dari  Chenier, Eni, Bontang, dan portofolio internasional lainnya. Kapasitas tersebut belum termasuk dari Woodside, jadi bisa lebih besar lagi kapasitasnya," ujar Wianda, Jumat (22/4).

Woodside akan mengimpor LNG untuk Pertamina dengan kapasitas 0,5 juta ton per tahun mulai tahun 2019. LNG dari Australia tersebut memang direncanakan untuk portofolio domestik.

Selain mengamankan pasokan gas, Wianda juga bilang Perseroan membutuhkan infrastruktur gas yang memadai.

Maklum, dalam beberapa tahun ke depan akan ada potensi kebutuhan gas dari penggunan gas untuk kilang hingga 129 mmscfd, penggunaan gas untuk PLN sebesar 300 mmscfd, dan penggunaan gas untuk pembangkit listrik swasta dalam proyek 35.000 MW sebesar 500-600 mmscfd.

"Untuk itu infrastruktur masih sangat diperlukan," kata Wianda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×