Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Petani dan perusahaan perkebunan teh tahun ini bakal menghadapi tantangan cukup berat. Sebab, tahun ini musim kemarau diperkirakan bakal terjadi lebih lama sehingga berdampak pada kekeringan lahan yang akan menghambat pertumbuhan tanaman teh.
Direktur Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Karyudi mengatakan, musim kemarau akan menyebabkan kekeringan. Sehingga, pertumbuhan pucuk teh bisa terhambat. Menurutnya, saat musim kemarau, penurunan produksi teh bisa mencapai 60% per bulan.
Sayangnya, Karyudi tidak berani memastikan berapa lama perkiraan musim kemarau tahun ini akan berlangsung. Cuma, jika kemarau tahun ini lebih panjang, bakal mengurangi produksi teh sekitar 10%–20%. "Dugaan saya saat ini, kemarau tahun ini agak panjang dibanding tahun lalu. Ini terasa lebih signifikan untuk pembentukan pucuk," katanya, Selasa (25/3).
Namun, Ketua Umum Asosiasi Teh Indonesia (ATI) Dede Kusdiman masih optimistis produksi teh masih membaik tahun ini. Soalnya, tahun ini pemerintah melalui Kementerian Pertanian menganggarkan program intensifikasi teh sekitar Rp 50 miliar. "Saya optimistis akan naik dengan program pemerintah yakni pemupukan dan pemeliharaan," kata Dede.
Dede memproyeksikan, produktivitas teh rakyat akan naik dari 700 kg per hektare (ha) menjadi 1 ton per ha.
Seperti diketahui, saat ini dari sekitar 120.000 ha kebun teh di Indonesia, sekitar 50.000 ha dimiliki oleh petani dengan rata-rata produksi 700 kg per ha. Sepanjang 2013, Dede yakin, produksi teh lebih besar dari produksi tahun 2012 yang sebanyak 150.000 ton teh kering. "Mungkin produksi teh 2013 sekitar 160.000 ton," kata Dede.
Alasannya, kata Dede, perusahaan perkebunan seperti PT Perkebunan Nusantara VIII mengalami kenaikan produksi sekitar 10%–15%. Jika program pemerintah berhasil meningkatkan produksi teh petani dari 700 kg menjadi satu ton per ha, maka setidaknya terjadi peningkatan produksi sebanyak 15.000 ton.
Sayangnya, saat ini harga lelang teh juga merosot dibanding dengan tahun sebelumnya. Dede bilang, rata-rata harga teh tahun lalu masih sekitar US$ 2,5 per kg atau setara Rp 21.000 per kg. "Sekarang harga lelang teh sekitar US$ 2 per kg atau sekitar Rp 19.000 per kg," katanya.
Rendahnya harga lelang teh saat ini disebabkan oleh pa-sokan teh di pasar internasional sedang melimpah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News