Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fakultas Pertanian IPB University berkolaborasi dengan PT Prima Agro Tech melakukan kegiatan penelitian "Sustainable Bio-Precision Rice Farming". Kerjasama ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi bio presisi pada tanaman padi sawah sehingga mampu mendongkrak provitas padi nasional menjadi 7 ton per hektar Gabah Kering Giling (GKG).
Teknologi bio presisi ini merupakan kombinasi penggunaan mikroba bermanfaat (beneficial microbes) dan optimasi penggunaan pupuk sintetis. Teknologi ini membantu petani mengambil keputusan lebih akurat berdasarkan sifat spesifik tanaman dan kondisi lahan seperti pemberian pemupukan organik & sintetis, pembenah tanah, serta pemanfaatan pestisida biologi dalam pencegahan & pengendalian hama penyakit.
Salah satu lahan penelitian seluas 1 Hektare (ha) yang berlokasi di Desa Situdam, Jatisari, Karawang, telah panen pada Jumat, 5 Agustus 2021 lalu. Dengan menggunakan perbandingan benih padi Inpari 32 dan IPB3S, hasil panen pada lahan ini berhasil meningkatkan provitas padi sebesar 9,2 ton Gabah Kering Panen (GKP) atau setara dengan 7 ton GKG.
Dekan Fakultas Pertanian IPB University dan penanggung jawab kegiatan, Sugiyanta, mengatakan teknologi pertanian presisi bukan semata-mata menekankan peningkatan provitas hasil panen, tetapi juga peningkatan pendapatan petani yang diikuti dengan perbaikan kualitas dan turunnya biaya sarana produksi usaha tani.
Baca Juga: Upaya Kementan mengenjot produktivitas padi di lahan Food Estate
Wakil Dekan Fakultas Pertanian IPB University dan Ketua Tim Penelitian,Suryo Wiyono, mengatakan peningkatan provitas panen padi di lahan uji coba
ini tidak terlepas dari peran mikroba bermanfaat yang masing masing memiliki fungsi berbeda.Berdasarkan hasil penelitian telah ditemukan mikroba bermanfaat (beneficial microbes) yang digunakan sebagai bagian dari komponen penelitian yakni:
1. Mikroba dekomposer (bersifat selulotik, lignolitik dan proteolitik), 2. Mikroba endofitik (membangun imun tanaman) 3. Mikroba entomopatogen (pengendali hama dan penyakit), 4. Mikroba biostimulant (penambat Nitrogen, pelarut fosfat dan penghasil hormon pertumbuhan).
Adapun sebagai pembeda, mikroba yang digunakan telah teridentifikasi, tertelusuri, efektif dan aman. Selain itu digunakan juga komponen senyawa organik humat & fulvat serta pemupukan sintesik yang spesifik dan optimum.
Direktur Riset dan Marketing PT Prima Agro Tech Gunawan Sutio mengatakan penelitian bio-presisi tanaman padi ini menekankan formula kebutuhan tanah
dan pengendalian hama penyakit dengan inovasi baru. Intinya petani tidak akan mengadopsi apabila biaya input sarana produksi yang lebih mahal.
"Untuk optimasi pupuk, berpeluang menekan biaya produksi hingga 33%.Bahkan hasil penelitian penggunaan bio pestisida demplot di Bojonegoro, Jatim
menekan biaya pengendalian hama hingga 100%," ujarnya
Baca Juga: Pemerintah diminta antisipasi penurunan mutu gabah selama La Nina
Gunawan juga menambahkan teknologi presisi bukan hanya menekankan presisi volume pemberian mikroba namun juga ketepatan waktu pengaplikasiannya."Penelitian akan dilakukan sebanyak dua-tiga kali perlakuan. Apabila sudah ditemukan trend dengan hasil yang lebih baik, maka akan dilanjutkan dalam hamparan luas tanah dengan formula yang lebih fokus," kata Gunawan.
Selain di Karawang, penelitian ini juga tengah dijalankan di beberapa sentra budidaya padi lainnya, yakni Subang (Jawa Barat), Klaten (Jawa Tengah) serta Bojonegoro dan Ngawi (Jawa Timur) dan lingkungan terkondisikan di stasiun lapang penelitian IPB.
Varietas yang digunakan yaitu IPB 3S dan varietas unggul dominan petani setempat.Dengan adanya inovasi bio presisi diharapkan dapat mendongkrak provitas padi nasional menjadi 7 ton/hektar GKG, yang kini masih berkisar 5,5 ton/ha GKG.
Baca Juga: Pengamat: Perubahan HPP membuat Bulog lebih leluasa serap gabah dan beras
Selain itu teknologi ini dapat menjadi solusi pengurangan penggunaan pupuk sintetik yang sekarang sebagian besar adalah pupuk subsidi, solusi pengurangan penggunaan pestisida sintetik, sekaligus menjawab masalah kelangkaan pupuk & dampak perubahan iklim global.
Penelitian ini juga diharapkan sebagai langkah besar yang dapat memberi manfaat bagi khalayak luas khususnya petani padi, Badan Usaha Pendanaan Pertanian, Kementerian Pertanian, dan Komisi IV DPR RI dalam berkontribusi mewujudkan swasembada pangan di Indonesia.
Selanjutnya: Inilah 10 universitas negeri terbaik di Indonesia 2021, UI ranking pertama!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News