kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45867,20   12,42   1.45%
  • EMAS1.357.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenperin Dorong IKM untuk Bantu Percepat Diversifikasi Pangan


Minggu, 16 Juni 2024 / 10:00 WIB
Kemenperin Dorong IKM untuk Bantu Percepat Diversifikasi Pangan
ILUSTRASI. Pengunjung berbincang dengan produsen jagung untuk pakan ternak saat pameran 'Jakarta Food Security Summit 2018' di Jakarta, Kamis (8/3). Acara yang diprakasai oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) menghadirkan para pelaku usaha di bidang pertanian, peternakan dan perikanan serta berbagai perusahaan nasional dan wakil dari negara tetangga. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat peran industri kecil menengah (IKM) untuk membantu peningkatan produksi pangan dalam negeri. Hal ini guna menjaga dan memperkuat ketahanan pangan nasional.

Pengembangan industri pangan dilakukan melalui hilirisasi produk pertanian, sehingga tercipta diversifikasi produk pangan yang memanfaatkan sumber daya atau bahan baku lokal dengan meningkatkan nilai tambahnya.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita mengatakan, pengembangan industri pangan masih memiliki prospek yang besar, sehingga diharapkan ke depannya hilirisasi produk pertanian dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Komoditas agribisnis dan bahan pangan lokal alternatif merupakan tulang punggung ketahanan pangan Indonesia. Sebab, masyarakat tak hanya membutuhkan bahan pangan yang segar, melainkan juga olahan pangan lanjutan. 

Baca Juga: Bapanas Andalkan Penyerapan Dalam Negeri untuk Antisipasi Gejolak Harga pangan

Contohnya, pelaku industri dapat memanfaatkaan bahan baku pengganti beras sebagai sumber karbohidrat, seperti dari singkong, sagu, porang, sorgum, dan lain sebagainya.

“Percepatan hilirisasi komoditas bahan pangan saat ini sangat diperlukankarena besarnya potensi untuk pengembangan produk olahan lanjutan yang dihasilkan dari bahan baku lokal, baik produk antara (intermediate product) maupun produk jadi (end product) yang siap dikonsumsi,” ungkap Reni dalam siaran pers yang diterima Kontan, Sabtu (15/4).

Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan Yedi Sabaryadi menambahkan, produk pangan inovatif juga memiliki segmen pasar di sektor ritel. Pada Mei 2024, Ditjen IKMA melaksanakan kegiatan Business Matching yang mempertemukan 47 IKM pangan terpilih dengan 24 perusahaan ritel yang menghasilkan potensi transaksi mencapai Rp 33 miliar.

Sebanyak 26 IKM peserta Business Matching merupakan alumni program Indonesia Food Innovation (IFI). Dari situ, ada satu pelaku IKM dengan produk madu yang mencatatkan potensi transaksi tertinggi senilai Rp 1,02 miliar.

Percepatan hilirisasi produk agrikultur membutuhkan campur tangan atau kolaborasi berbagai pihak, seperti startup, lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, serta IKM teknologi tepat guna yang dapat menjadi mitra. 

Sedangkan di rantai produksi industri pangan, para pelaku harus memperhatikan bahan baku pembuatan produk, produksi, hingga tahap distribusi ke tangan konsumen.

Dalam upaya mengakselerasi bisnis IKM pangan yang memiliki inovasi dalam produk dan/atau prosesnya, serta yang memiliki bahan baku utama sumber daya lokal, Ditjen IKMA rutin menyelenggarakan Program Indonesia Food Innovation (IFI). 

Tujuan program IFI agar IKM pangan siap menjadi pelaku industri pangan yang mudah dipasarkan, menguntungkan, dan berkelanjutan (marketable, profitable, dan sustainable). Pendaftaran IFI tahun ini telah dibuka sejak tanggal 6 Juni 2024 melalui laman www.ifi.kemenperin.go.id.

Baca Juga: Pemerintahan Jokowi Masukkan Program Makan Siang Gratis dalam Rencana Anggaran 2025

“Masing-masing komoditas agribisnis tentu memiliki karakteristik yang sangat spesifik, sehingga pengolahannya diperlukan proses yang berbeda bahkan diperlukan inovasi untuk menghasilkan produk yang optimal dan memenuhi kebutuhan pasar,” ucap Yedi.

Lebih lanjut, pendaftar IFI terus meningkat setiap tahunnya. Selama empat kali dilaksanakan, jumlah pendaftar mencapai 7.925 pendaftar, dan pada tahun 2023 sebanyak 2.153 pendaftar yang ikut dalam seleksi program IFI. 
Terdapat 20 peserta yang terpilih mendapatkan pembinaan dalam tahapan food business scale-up melalui coaching, mentoring dan fasilitasi pembinaan terkait manajemen, aspek hukum, dan jejaring.

Kemenperin tentu mengkurasi dengan ketat para peserta yang mendaftar program IFI. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi IKM yang mendaftar adalah memiliki Izin Usaha di Bidang Perindustrian (NIB), mempunyai izin edar, umur industri berkisar 2 tahun sampai 5 tahun dan merupakan kelompok industri kecil, serta minimum omzet penjualan Rp 25 juta per bulan.

“Dari fasilitasi yang diberikan Ditjen IKMA, terbukti banyak pelaku IKM pangan peserta IFI yang berhasil menaikkan omzet, dengan memperluas potensi pasar, baik nasional maupun ekspor,” imbuh Yedi.

Sebagai contoh, terdapat IKM produk olahan susu yang menciptakan keju spesial dengan sentuhan unik pada cita rasa lokal, Rossalie Cheese di Bali.

Dengan bersertifikat HACCP, Rossalie Cheese mampu mengembangkan pasar, menjadi pengganti keju impor ke jaringan premium hotel, premium retail market (Kem Chicks, Pepito, Papaya) dan juga restoran premium di Bali dan kota besar di Indonesia.

IKM lain yang berhasil memperluas ekspor setelah mengimplementasikan HACCP adalah CV Nusantara Jaya Food (NJF) di Malang, Jawa Timur. CV NJF mengalami peningkatan kapasitas produksi dan perluasan pasar hingga ke Curacao, Hongkong, Korea, dan Australia. 

Adapun total kapasitas produksi untuk produk sayur dan buah beku CV NFJ yang dipasok untuk perusahaan tambang dan Asosiasi Catering Indonesia mencapai 300 ton per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×