kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenperin dukung implementasi industri hijau oleh produsen batik


Jumat, 23 April 2021 / 14:52 WIB
Kemenperin dukung implementasi industri hijau oleh produsen batik
ILUSTRASI. Perajin menyelesaikan pembuatan kain batik dengan mematuhi protokol kesehatan memakai masker dan menjaga jarak


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

“Kami pun mendorong pengembangan proses dan peralatan membatik hemat energi, seperti kompor listrik, canting listrik, serta mesin cap batik otomatis berbasis PLC yang diharapkan dapat membantu efisiensi dan efektivitas produksi batik,” imbuh Doddy.

Kepala BSKJI menegaskan bahwa prinsip industri hijau atau industri berwawasan lingkungan juga bisa diterapkan di semua sektor industri, termasuk industri kecil dan menengah (IKM) seperti industri batik sekalipun.

Dengan adanya Standar Industri Hijau untuk produk batik yang telah diberlakukan sejak tahun 2019 lalu, diharapkan dapat membantu perajin batik dalam mengimplementasikan prinsip industri hijau dalam proses produksinya.

Sebab, dalam Standar Industri Hijau tersebut, terdapat pedoman tentang penggunaan bahan baku, bahan penolong, dan energi, proses produksi, produk, manajemen pengusahaan, serta pengelolaan limbah.

“Kami terus mengajak seluruh stakeholders untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam rangka mewujudkan industri batik yang berdaya saing, unggul dalam kualitas, dan berwawasan lingkungan,” ujar Doddy.

Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kemenperin Titik Purwati Widowati menyebut beberapa contoh aksi dalam mewujudkan industri hijau di industri batik, yaitu penggunaan sumber daya terbarukan sebagai bahan bakunya seperti penggunaan media batik dari serat alam, serta penggunaan pewarna alami dan formula malam batik yang sumbernya dapat diperbaharui, misalnya malam batik berbasis sawit.

Baca Juga: Pengusaha UMKM jadi perhatian dalam mendorong geliat ekonomi di Cirebon

Selama ini, bahan baku produksi batik masih menggunakan malam (lilin) dari formulasi parafin. Seperti diketahui, parafin bersumber dari minyak bumi dan diprediksi perlahan akan habis karena termasuk energi yang tidak bisa diperbarui.

Hal ini dapat mengancam kelangsungan industri batik tanah air. Selain itu, sebagian bagian besar parafin masih diperoleh dengan cara impor.

Menurut Titik, dengan menggunakan malam batik berbasis sawit, maka Indonesia dapat menekan importasi parafin dan secara otomatis tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) industri batik juga akan meningkat.

“Perekayasaan alat yang dapat meningkatkan produktivitas dan efektifitas produksi, serta penerapan teknologi daur ulang limbah sisa produksi seperti daur ulang sisa malam batik maupun daur ulang limbah bahan pewarna juga bisa membantu mewujudkan industri batik berwawasan lingkungan,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×