kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenperin gencarkan restrukturisasi mesin dan peralatan IKM Kosmetik


Selasa, 01 Juni 2021 / 12:53 WIB
Kemenperin gencarkan restrukturisasi mesin dan peralatan IKM Kosmetik


Reporter: Vina Elvira | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menaruh perhatian besar terhadap Industri Kecil dan Menengah (IKM) kosmetik dan wellness product. Sektor ini menunjukkan adaptasi yang tinggi dalam menghadapi situasi pandemi, terutama pada perubahan pola perilaku konsumennya.

"Untuk terus bertahan, industri kosmetik dan produk wellness perlu terus beradaptasi dengan kebiasaan baru masyarakat, antara lain dengan menggarap pasar online,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya, Selasa (1/6).

Agus melanjutkan, pandemi telah menggeser pola belanja dari offline menjadi online. Hal itu terlihat dari data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang menunjukkan adanya peningkatan transaksi online produk body care seperti kosmetik dan spa sebesar 80% di tahun 2020.

Baca Juga: Ekspor speaker lokal ke mancanegara, Menperin apresiasi Sinar Baja Electric

Kebijakan pembatasan sosial membuat konsumen menjadi lebih banyak waktu di rumah, sehingga ada waktu luang untuk melakukan perawatan kulit, badan, dan rambut secara mandiri. Dampaknya, belanja produk perawatan tubuh di rumah semakin meningkat, menggantikan kebutuhan salon dan spa.

“Tentunya ini menjadi peluang bagi IKM Kosmetik dan produk spa untuk terus meningkatkan penjualannya,” lanjut Menperin.

Dia bilang, Kemenperin juga akan mendukung IKM kosmetik untuk terus meningkatkan daya saingnya, salah satunya melalui program fasilitasi restrukturisasi mesin dan peralatan.

“Kami mendukung IKM untuk mengambil langkah ini karena selain dapat memproduksi produk-produk dengan kualitas bagus, kuantitasnya juga terkejar dan meningkat pesat,” jelas Agus.

Di sisi lain, Agus pun mendorong para IKM yang perlu merestrukturisasi mesin dan peralatannya, agar dapat memprioritaskan penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam negeri. Sebab, akan ada banyak keuntungan yang didapatkan dengan melestarikan penggunaan mesin produksi dalam negeri.

"Pertama, agar semua nilai tambah industri tetap berada di Indonesia. Kedua, teknologi mesin IKM tidak terlalu sulit untuk dikembangkan di Indonesia dan harganya juga terjangkau. Ini sekaligus dapat mendorong kemandirian di subsektor permesinan untuk mendukung IKM kita,” sebut dia. 

Maka dari itu, Agus berencana akan mendata kebutuhan dan jenis-jenis mesin yang digunakan IKM untuk kemudian melakukan link and match dengan perusahaan dalam negeri yang memproduksi mesin dan peralatan.

IKM PT Bali Alus yang dikunjungi Kemenperin telah berdiri sejak tahun 2000. IKM tersebut merupakan salah satu unggulan di Bali yang menghasilkan produk-produk kosmetik dan spa untuk body care dan aromatherapy.

Saat ini, Bali Alus memproduksi 400 varian produk dan terus menyesuaikan produksinya dengan kebutuhan pasar. Bali Alus juga telah mengekspor produknya ke Korea Selatan.

Baca Juga: Kemenperin berupaya optimalkan inovasi produk buatan dalam negeri

“Dengan mampu mengekspor produk ke Korea Selatan, menunjukkan kualitas dan kualifikasi produk yang memang sudah tinggi,” ujar Agus.

Dia menyebut, diversifikasi tujuan ekspor sangat penting bagi IKM, karenanya Kemenperin juga bekerjasama dengan platform marketplace internasional seperti Alibaba, agar produk IKM Indonesia dapat masuk ke sana dan menjangkau pasar luar negeri.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Dirjen IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih menyampaikan, pihaknya melakukan pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui bimbingan teknis, pengembangan teknologi melalui fasilitasi restrukturisasi mesin dan peralatan, dan fasilitasi transformasi menuju industri 4.0.

"Selain itu, fasilitasi legalisasi seperti Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) dan izin edar, serta fasilitasi pemasaran digital melalui program e-Smart IKM, serta pameran virtual IKM kosmetik dan produk spa," tambah Gati.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020, kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional (termasuk sektor kosmetik) mengalami pertumbuhan yang gemilang sebesar 9,39%. Bahkan, di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19, kelompok manufaktur ini mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB sebesar 1,92% dengan nilai ekspornya yang mencapai US$ 1,4 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×