kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kemenperin sebut peluang pengembangan indsutri mamin belum dimanfaatkan optimal


Kamis, 19 November 2020 / 20:12 WIB
Kemenperin sebut peluang pengembangan indsutri mamin belum dimanfaatkan optimal
ILUSTRASI. Aktivitas industri makanan dan minuman dalam kemasan.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Abdul Rochim, mengatakan, industri makanan dan minuman (mamin) memiliki peluang pengembangan yang sangat besar. Meski begitu, peluang ini belum dimanfaatkan secara optimal.

"Peluang pengembangan industri makanan dan minuman nasional belum dimanfaatkan secara optimal karena keterkaitan hulu-hilir belum secara efisien terjadi," kata Abdul dalam Jakarta Food Security Summit-5, Kamis (19/11).

Menurutnya, hal ini pun terjadi karena adanya missed match antara petani, industri antara penyedia bahan baku dan industri hilir makanan dan minuman. Menurutnya, sampai saat ini pun lebih dari 60% kebutuhan industri makanan dan minuman masih berasal dari impor.

Selain itu, menurutnya hal ini juga disebabkan bahan baku untuk industri makanan dan minuman dalam negeri masih berasal dari petani dan peternak dan nelayan yang belum dikelola dengan modern. Ini menyebabkan tidak ada kepastian jaminan bahan baku, harga, kualitas, maupun waktu pengiriman yang tepat.

Baca Juga: Ini upaya Kemenperin wujudkan Indonesia jadi pPemain andal di industri halal

Adapun, Abdul menjelaskan peluang pengembangan industri makanan dan minuman ini karena adanya pasar domestik yang besar, dimana Indonesia memiliki jumlah penduduk 260 juta jiwa.

Sumber daya yang berlimpah, seperti sumber daya pertanian yang menjadi sumber bahan baku industri makanan dan minuman dalam negeri

Terdapat perubahan pola konsumsi konsumen yang cenderung beralih ke makanan kemasan modern.

"Juga munculnya pemain-pemain industri makanan dan minuman nasional yang sudah mampu bersaing di tingkat global," jelas Abdul.

Lebih lanjut Abdul mengatakan selama pandemi Covid-19 ini industri makanan dan minuman pun masih bisa tumbuh dibandingkan pertumbuhan industri pengolahan non migas dan industri agro.

"Di masa pandemii covid pertumbuhan pertumbuhan pengolahan non migas dan industri agro sampai kuartal III 2020 mengalami kontraksi yang cukup besar, dimana masing-masing tumbuh negatif sebesar 4,02% dan 0,45%. Sementara itu industri makanan dan minuman masih tumbuh positif walaupun relatif kecil yaitu 0,66%," ujarnya.

Selanjutnya: Harga hemat Modular Bowl, Warmie Sering dll di promo Tupperware November 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×