Reporter: Dani Prasetya | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 6% pada semester kedua tahun ini. Target itu di luar kontribusi industri minyak dan gas (migas).
Adapun, realisasi pertumbuhan industri manufaktur kuartal pertama 2011 mencapai 5,5% dan menyusul tumbuh 5,6% di kuartal kedua. "Bisa menyentuh 6% di semester kedua saja sudah bagus karena kita memang ada masalah dengan infrastruktur dan energi," tutur Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, usai rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Senin (18/7).
Hidayat agak mengkhawatirkan target tersebut tak tercapai karena masalah pasokan energi, khususnya gas, yang masih belum terselesaikan. Ini lantaran kurangnya suplai gas untuk industri. Dia mengatakan, apabila infrastruktur dan pasokan gas dijamin maka industri manufaktur dapat tumbuh melampaui pertumbuhan ekonomi atau minimal setara.
"BPS (Badan Pusat Statistik) akan umukan pertumbuhan industri 5 Agustus nanti, cuma kalau bisa di atas 6% itu sudah sangat bagus," katanya.
Namun, dia tetap menargetkan pertumbuhan industri manufaktur mencapai 6% lantaran banyaknya proyek besar yang terealisasi. Meski memang dia masih mengkhawatirkan masalah suplai gas industri. "Masih ada waktu kok," tandasnya.
Mengenai realisasi investasi industri manufaktur, dia memperkirakan, kemungkinan mendapat tambahan sebesar US$ 20 miliar apabila memperhitungkan seluruh komitmen investasi perusahaan asal Korea. Apabila mempertimbangkan industri refinery dan petrokimia maka akan menambah realisasi investasi sebesar US$ 10 miliar.
Sebagai informasi, Kementerian Perindustrian menargetkan investasi manufaktur 2011 mencapai Rp 120 triliun. Target itupun disebut bakal terealisasi lantaran investasi beberapa sektor industri terlaksana pada tahun ini. Investasi sektor manufaktur yang sudah terealisasi di antaranya proyek pembangunan pabrik baja berkapasitas 5 juta ton senilai US$ 5 miliar antara PT Krakatau Steel Tbk dengan Pohang Steel and Iron Company.
Lalu ada investasi pembangunan pabrik semen milik PT Holcim Indonesia Tbk senilai US$ 450 juta di Tuban Jawa Timur, dan penanaman modal sektor petrokimia dari Lotte Group asal Korea Selatan yang membangun pabrik senilai US$ 6 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News