kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Kementerian ESDM gandeng Petrokimia Gresik dan IPB kembangkan EOR


Senin, 13 Juli 2020 / 14:07 WIB
Kementerian ESDM gandeng Petrokimia Gresik dan IPB kembangkan EOR
ILUSTRASI. Ilustrasi PR Kementerian ESDM. KONTAN/Baihaki/20/10/2016


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggandeng PT Petrokimia Gresik dan Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) - Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam upaya pengembangan dan riset teknologi Enchanced Oil Recovery (EOR).

Kepala Badan Litbang ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan pembahasan lanjutan akan segera dilakukan oleh pihak terkait. "Pembahasan mendetail akan segera dilakukan tim teknis," ungkap Dadan, dikutip dari keterangan resmi Kementerian ESDM, Senin (13/7).

Baca Juga: Pemerintah suntik PLN Rp 9,6 triliun untuk modal kerja

Sementara itu, Koordinator Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Teknologi Eksploitasi PPPTMGB "LEMIGAS", Usman Pasarai menjelaskan, PPPTMGB "LEMIGAS" telah lama mengembangkan surfaktan untuk EOR dalam upaya meningkatkan produksi lapangan minyak.

Metode ini berfungsi menurunkan tegangan antar muka air-minyak. Minyak yang terperangkap di batuan dapat terlepas setelah didorong oleh larutan surfaktan yang memenuhi kriteria EOR. Ketika terlepas dari batuan dan membentuk mikroemulsi, minyak akan mudah diproduksi dan dipisahkan dari air saat di permukaan.

Usman melanjutkan, PPPTMGB "LEMIGAS" saat ini tengah melakukan riset injeksi kemikal EOR untuk Lapangan Jirak milik Pertamina EP.

Para peneliti KP3 Teknologi Eksploitasi terus melakukan uji kinerja kemikal EOR dalam peningkatan produksi minyak skala laboratorium, untuk memastikan implementasi EOR di lapangan berjalan baik. Ia pun memastikan, PPPTMGB "LEMIGAS" juga memiliki laboratorium pendukung penelitian untuk keperluan analisa batuan, minyak dan air formasi lapangan target.

Baca Juga: Segudang pekerjaan rumah menanti, penetapan Dirjen Minerba baru jangan berlarut

Asal tahu saja, metode EOR sebelumnya pernah sukses dilakukan di lapangan minyak Duri, Provinsi Riau. Lapangan yang mulai beroperasi sejak 1954 ini pernah mengalami puncak produksi 65 MBOPD pada tahun 1964 dan setelah itu turun secara signifikan.

Setelah persiapan 18 tahun, Duri Steam Flood Project (DSF) sukses mengimplementasikan metode EOR untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sejak tahun 1985, produksinya meningkat cukup tajam dan mencapai puncak produksi 296 juta barel pada tahun 1995. Produksinya kemudian terus turun dan saat ini kurang dari 100 MBOPD.

Sementara itu Direktur Produksi PT Petrokimia Gresik, I Ketut Rusnaya menjelaskan, PT Petrokimia Gresik memiliki unit produksi asam sulfat dengan kapasitas 2 x 1.800 TPD, sebagai sumber gas SO3 untuk bahan baku surfaktan.

Ia pun mengungkapkan, kerjasama dengan SBRC IPB terkait uji coba mini plant sebagai pabrik pembuatan surfaktan telah dilakukan sejak Maret 2020.

Dimana dalam kerjasama tersebut, PT Petrokimia Gresik menyuplai gas SO3 dari pabrik asam sulfat dan membeli bahan baku methyl ester yang diproduksi SBRC IPB di Gunung Putri, Bogor. Ia meyakini, pembangunan pabrik surfaktan skala besar dapat dibangun melalui sinergi bersama dengan Badan Litbang ESDM.

Baca Juga: Dikabarkan keluar dari Blok Masela, bagaimana bisnis hilir Shell di Indonesia?

Senada, pakar Surfaktan dan Bioenergi, SBRC IPB, Erliza Hambali menjelaskan, IPB telah mengoperasikan mini plant surfaktan untuk EOR/IOR di Gunung Putri Bogor sejak tahun 2018/2019.

Adapun, kapasitasnya mencapai 1-3 ton per hari dan menghasilkan produk surfaktan dengan IFT <= 10-3 dyne/cm. Mini plant surfaktan ini membutuhkan kontinyuitas suplai gas SO3. "Kami berharap kerja sama ini dapat menghasilkan surfaktan yang diterima pasar," ujar Erliza.

Sementara itu, Kementerian ESDM menjelaskan, dalam upaya mendorong KKKS melakukan EOR, Pemerintah memberikan insentif berupa tambahan bagi hasil sebesar 10%. Ini tercantum dalam Permen ESDM Nomor 52/2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 8/2017 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split. 

Beberapa cara EOR, antara lain teknologi steam flooding, CO2, bioteknologi, vibrasi, dan elektromagnetik, teknologi injeksi bahan kimia, peledakan reservoir dan perekahan nonkonvensional. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×