Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Minera (ESDM) mengakui masih menghitung sejumlah parameter untuk menentukan tarif listrik PLN Batam setelah keluarnya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2023-2032 pada Mei 2023.
Sebagai informasi, sejak Juli 2022, PLN Batam telah melakukan konsultasi publik terkait implementasi Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2022. Pada kesempatan tersebut, PLN Batam mengharapkan, adanya penyesuaian tarif listrik (tariff adjustment) karena sejak tahun 2017 seharusnya tarif listrik PLN Batam sudah mengalami penyesuaian atau naik lebih dari 3%.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jisman P Hutajulu menyatakan hingga saat ini belum ada penyesuaian tarif listrik di PLN Batam karena masih dalam proses perhitungan.
“Ditunggu nanti pengumuman resminya. Kan kita lagi hitung ada parameter-parameter yang harus dihitung, sabar ya nanti kami informasikan,” ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Kamis (31/8).
Baca Juga: PLN Terapkan Penggunaan Kendaraan Listrik untuk Operasional
Jisman menjelaskan, saat ini PLN Batam masih diminta untuk menata kembali pasokan listriknya karena dalam beberapa waktu belakangan kesulitan.
“Kasih dulu perbaikan ke masyarakat baru bicara yang lain,” ujarnya.
Sebelumnya Jisman menjelaskan, sebagai salah satu solusi untuk memulihkan kelistrikan di Batam yang sebelumnya kekurangan, pihaknya meminta PLN Batam mengoperasikan pembangkit sewa sebesar 75 MW. Strategi ini dilakukan agar di bulan Juli ada sekitar 20 MW masuk dan 50 MW diperkirakan beroperasi di September 2023.
Dengan beroperasinya pembangkit sewa tersebut, Jisman menyatakan, penambahan cadangan daya listrik di Batam menjadi lebih baik.
Dalam RUPTL yang baru, pemerintah memberikan mandat untuk membangun pembangkit-pembangkit baru yang lebih ramah lingkungan.
Saat ini pasokan tenaga listrik PLN Batam seluruhnya bersumber dari pembangkit fosil yang terdiri dari pembangkit berbahan bakar gas sebesar 142,5 MW dan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 39 MW yang dioperasikan oleh PT PLN Batam. Selain itu terdapat juga pembangkit berbahan bakar gas sebesar 315,4 MW dan batu bara sebesar 99 MW yang bekerjasama dengan Independent Power Producer (IPP).
Sebelumnya PLN Batam telah memiliki RUPTL, namun rencana pembangkit yang ada dalam RUPTL tersebut belum dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan tenaga listrik dan belum mengantisipasi tuntutan tenant akan kebutuhan green energy.
Baca Juga: Begini Dampak Penyesuaian Tarif Listrik PLN Batam Ditarik ke Pemerintah Pusat
Dalam RUPTL 2023-2032, PLN Batam memproyeksikan kebutuhan tenaga listrik 10 tahun ke depan akan meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 6% per tahun.
Peningkatan kebutuhan tersebut akan dipasok dengan tambahan daya sejumlah 860 MW yang terdiri dari PLTS 126 MW, PLTG 50 MW, PLTGU 159 MW dan PLTMG 125 MW serta dan kerja sama antarwilayah usaha dengan PT PLN (Persero) 400 MW.
Ini merupakan pertama kalinya PT PLN Batam memiliki RUPTL dengan lompatan target bauran EBT yang signifikan yaitu mencapai 24% pada tahun 2026 dan terus meningkat secara bertahap hingga mencapai 35% pada tahun 2032.
Peningkatan bauran EBT tersebut akan dicapai dengan pengembangan PLTS di Pulau Batam dan penyaluran tenaga listrik berbasiskan EBT dari grid Sumatera melalui interkoneksi Sumatera-Batam nantinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News