kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Kementerian ESDM Memastikan Divestasi Shell di Blok Masela Rampung Juli 2023


Sabtu, 08 Juli 2023 / 06:15 WIB
Kementerian ESDM Memastikan Divestasi Shell di Blok Masela Rampung Juli 2023


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan divestasi Shell di Blok Masela akan rampung Juli 2023 sehingga proyek gas raksasa ini bisa segera digarap PT Pertamina dan Petronas. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan, sudah ada kesepakatan perihal harga dari 35% saham yang akan didivestasikan Shell. 

“Sudah (deal), tenggat Juli ini. Kali ini tidak boleh mundur lagi,” ujarnya ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (7/7). 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan, pembagian 35% saham yang akan didivestasikan Shell di Blok Masela tergantung dengan kesepakatan antara Pertamina dan Petronas. 

Baca Juga: Pengamat: Blok Masela Bisa Jadi Peluang Pertamina-Petronas Masuk Pasar LNG Dunia

“Berdasarkan rencana awal 20% Pertamina lalu 15% Petronas. Namun sekarang juga sedang menyusun sales and purchase agreement (SPA) segala macam. SPA belum selesai dan diharapkan Juli ini lah,” ujarnya. 

Dwi mengemukakan, saat ini antara Pertamina dan Shell sudah sepakat mengenai harga 35% saham tersebut yakni di bawah US$ 1 miliar. 

“Iya di bawah (US$ 1 miliar). Kita harapkan Shell bisa percepat supaya proyek ini bisa segera berjalan,” ujarnya. 

SKK Migas menegaskan, negara berkepentingan menjaga keamanan energi dan Blok Masela diharapkan menjadi satu lapangan gas yang dapat diandalkan.

Rencana Pengembangan 

Adapun perihal rencana pengembangan atau plan of development (PoD) proyek Lapangan Gas Abadi ini ditegaskan Menteri ESDM masih sesuai dengan rencana awal di mana akan digarap secara on-shore (darat). 

“Iya (PoD) masih yang lama. Di revisi PoD kan cuma memasukkan teknologi carbon capture saja,” terangnya. 

Arifin menyatakan, nantinya PoD yang baru akan dilihat apakah berdampak pada mundurnya jadwal pengembangan, lalu seperti apa biaya yang dibutuhkan, dan bagaimana manfaatnya untuk negara, akankah bertambah atau tidak. 

“Kuncinya begitu saja,” tandasnya. 

Asal tahu saja, proyek lapangan gas ini diperkirakan dapat menghasilkan sekitar 9,5 juta ton LNG per tahun dan sekitar 35.000 barel kondensat per hari. Proyek ini juga akan memasok 150 juta kaki kubik gas alam per hari melalui pipa untuk memenuhi permintaan gas alam lokal. 

Praktisi LNG, Ginanjar Sofyan menilai Pertamina dan Petronas sudah dikenal sebagai pemain lama di bisnis gas alam cair. Bahkan menurutnya, Pertamina bisa dianggap sebagai pionir di sektor LNG karena telah membangun bisnis ini sejak tahun 1970-an. 

Perihal proses pengembangan lapangan gas ini, lanjut Ginanjar, Pertamina, Petronas dan Inpex masing-masing tentunya mempunyai kalkulasi teknomic atas proyek Masela. 

“Saya percaya mereka mempunyai Design Institute-nya masing-masing, independen dan profesional,” ujarnya saat dihubungi terpisah. 

Baca Juga: Pertamina Masuk, Skema Pengembangan Blok Masela Tidak Berubah

Ginanjar menyatakan, ada baiknya ketiga pihak melakukan open book discussion dan saling melakukan asesmen. Proses ini dapat dilakukan dalam forum Join Development Agreement (JDA) sehingga kerahasiaan informasi dan data milik masing-masing terjaga. “Toh pada akhirnya ketiga pihak ini akan berkolaborasi juga nantinya,” terangnya. 

Nantinya, komite di Join Development Agreement dapat menilai dan memutuskan skema mana yang terbaik untuk mengembangkan Lapangan Gas Abadi ini. 

Pendiri Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto menyatakan, sejatinya ada beberapa prinsip yang perlu dikedepankan dalam Blok Masela yakni keberlangsungan proyek dan kepastian kontrak jual beli gas. 

Menurutnya keberlangsungan dan terealisasinya proyek secara konkret hingga on-stream adalah hal yang paling utama, terlepas dari siapa investor atau operator di dalamnya. 

Selain itu yang juga tidak kalah penting adalah masalah kepastian pasar atau kontrak jual beli gasnya nanti. 

“Sambil paralel menyelesaikan isu divestasi, semestinya Inpex sebagai operator di Blok Masela juga didorong untuk memperjelas pasar gas. Tanpa kejelasan itu pada dasarnya suatu lapangan gas tidak akan dapat dikembangkan dan diproduksikan,” tandasnya. 

Sebelumnya, Kementerian ESDM memastikan produksi gas hasil Blok Masela sudah ada pembelinya di mana 60% akan diprioritaskan ke dalam negeri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×