Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan terjadi penurunan lifting minyak di 2024 mendatang ketimbang proyeksi tahun ini.
Merujuk data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), lifting minyak tahun ini yang sebesar 755 ribu barel per hari (bph) akan mengalami penurunan di tahun 2021 mendatang. Adapun, penurunan mencapai maka tahun depan lifting diprediksi akan alami penurunan sekitar 5,16% atau setara 716 ribu bph.
Baca Juga: SKK Migas lakukan survei cadangan migas dengan pesawat khusus
Kendati demikian, produksi kembali diproyeksikan meningkat di tahun 2022, menjadi 727 ribu bph. Angka ini ditargetkan meningkat di tahun berikutnya pada 2023 menjadi 743 ribu bph.
Adapun, pada 2024 nanti lifting minyak dipatok sebesar 743 ribu bph atau sama dengan tahun 2023 dan tidak lebih tinggi dari target tahun ini. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan penurunan lifting minyak disebabkan penurunan alamiah yang terjadi pada sejumlah lapangan minyak.
"Dari sumur pengembangan yang ada, hanya 3 sumur yang berpotensi menambah hasil lifting," terang Arifin di Gedung Komisi VII awal pekan ini.
Arifin melanjutkan, pasca rampungnya sejumlah proyek migas seperti pengembangan lapangan Ande-ande Lumut dengan target produksi 25 ribu bph dan Indonesia Deepwater Development (IDD) dengan target produksi 23 ribu bph. Lifting diharapkan terdongkrak pada beberapa tahun mendatang.
Baca Juga: Pertamina upayakan transisi alih kelola blok rokan lancar
Selain itu, lifting juga diharapkan terdongkrak lewat produksi minyak proyek abadi Masela pada 2027 sebesar 36 ribu bph.
Arifin memastikan, memasuki tahun 2023 nanti pihaknya juga akan mengupayakan sejumlah opsi demi meningkatkan produksi. "Jadi di 2023 sisanya nanti bagaimana kita bisa percepat (eksplorasi) cekungan-cekungan wilayah kerja yang di kawasan kita," terang Arifin.
Tak hanya itu, upaya lain yang akan dilakukan sebut Arifin yakni memanfaatkan kembali sumur-sumur tua yang sudah ditinggalkan untuk berproduksi kembali serta lewat strategi Enchanced Oil Recovery (EOR). Namun, menurutnya upaya ini membutuhkan waktu untuk dilakukan secara bertahap.
Berbeda dengan lifting minyak, lifting gas justru diproyeksikan terus mengalami peningkatan hingga 2024 mendatang. Pada tahun ini, lifting gas diproyeksikan sebesar 1.198 barel setara minyak per hari (boepd). Angka ini meningkat menjadi 1.268 boepd pada 2021.
Baca Juga: Harga BBM Shell dan Total naik, harga BBM Pertamina masih bertahan
Adapun, angka ini terus meningkat di 2022 menjadi 1.288 boepd dan setahun berikutnya di 2023 naik menjadi 1.293 boepd. Kemudian, di tahun 2024 diproyeksikan sebesar 1.314 boepd.
Arifin bilang perlu ada upaya ekstra dan pengeluaran biaya yang lebih besar demi memanfaatkan potensi migas di Indonesia. "Masih ada potensi kalau mau gali lebih dalam lagi. Karena batuan ada lapisan paling bawah, mudah-mudahan bisa dilakukan, tapi cost lebih mahal," tandas Arifin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News