kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kementerian ESDM siap jemput bola kebut proyek smelter


Kamis, 23 Januari 2020 / 18:30 WIB
Kementerian ESDM siap jemput bola kebut proyek smelter
ILUSTRASI. Smelter nikel PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) di Konawe, Sulawesi Tenggara,


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) siap jemput bola demi merealisasikan proyek smelter.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak bilang pasca pelarangan ekspor bijih nikel, pihaknya melakukan pengawalan terhadap proyek smelter yang ada.

Baca Juga: Dorong pengurangan emisi karbon, PLN kembangkan sertifikat EBT

"Pemerintah mengevaluasi kemajuan smelter dari yang semula 68 smelter bisa beroperasi di 2022 menjadi 52 smelter, banyak (smelter) ketergantungan dengan ekspor nikel ore," terang Yunus ditemui di kantornya, Kamis (23/1).

Adapun, dari 52 smelter yang ada. 17 smelter telah terbangun di 2019. Hingga 2022 masih tersisa 35 smelter yang terdiri dari 31 smelter ditambah 2 smelter milik PT Freeport Indonesia dan 2 smelter milik PT Amman Mineral.

Yunus melanjutkan, dalam evaluasi yang dilakukan akan ada tiga hal yang difokuskan yakni seputar financial close, ketersediaan supply power dan segala perizinan dengan pemerintah daerah.

Menurutnya, pemerintah hendak memastikan ketersediaan pasokan listrik melalui Power Purchase Agreement oleh pihak smelter dengan PT Perusahaan Listrik Negara telah seberapa jauh dilakukan. Selain itu, pemerintah, sebutnya perlu hadir untuk memfasilitasi ketiga hal tersebut.

Baca Juga: Produksi dan ekspor bijih nikel di 2019 melesat tajam

Adapun, proyek smelter yang semula didominasi oleh nikel sebanyak 41 smelter, pasca evaluasi diproyeksikan hanya sebanyak 29 smelter yang dapat beroperasi. Dengan demikian terjadi penyusutan total kapasitas yang awalnya sebesar 96 juta ton menjadi 69 juta ton.

Sementara itu, untuk proyek 31 smelter yang tengah dibangun, Yunus menjelaskan, 16 proyek belum mencapai tahapan financial close. Kemudian, 9 proyek diantaranya telah melakukan PPA dengan PLN.

"22 proyek sisanya mau bangun sendiri berarti untuk power supply, tapi harus diklarifikasi benar atau tidak. Kita akan lakukan quick win selama enam bulan, kemarin sudah adakan pertemuan awal dengan perusahaan smelter," jelas Yunus.

Baca Juga: Harga minyak WTI anjlok nyaris 3%, apa yang terjadi?

Yunus melanjutkan, pemerintah akan mempertemukan pengusaha smelter dengan berbagai pihak termasuk lembaga keuangan dan potensial investor.

Tak sampai di situ Kementerian ESDM juga berencana mempertemukan pengusaha smelter dengan General Manager wilayah PLN untuk membahas soal pasokan listrik terlebih di beberapa daerah dikabarkan pasokan listrik mengalami over supply.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×