Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Seperti diketahui, program DME ini ingin diakselerasi oleh pemerintah lantaran dinilai bisa menjadi substitusi Liquified Petroleum Gas (LPG). Saat ini, sekitar 70% kebutuhan LPG Indonesia masih diimpor. Alhasil, adanya DME ini diharapkan bisa menekan defisit neraca dagang atau current account defisit (CAD).
Arviyan Arifin mengatakan, saat ini PTBA dan Pertamina tengah melakukan penghitungan untuk harga produk DME. Arviyan menyebut, pihaknya ingin produk DME bisa memiliki harga yang kompetitif dengan LPG. "Lagi proses perhitungan, mesti kompetitif," kata Arviyan.
Baca Juga: Penurunan harga gas Industri menghemat 2,5%-7,5% pelaku industri petrokimia
Dalam catatan Kontan.co.id, saat ini konsorsium PTBA tengah fokus untuk mengerjakan proyek DME di Tanjung Enim. Feasibility Study (FS) telah rampung pada November 2019.
Setelah itu, prosesnya berlanjut pada tahap detail konsep desain atawa front end engineering design (FEED), lalu masuk pada tahap engineering procurement construction (EPC) yang ditargetkan rampung di akhir 2021.
"Proses pembangunannya sekitar tiga tahun. Selesai 2023, sehingga 2024 sudah beroperasi," ungkap Arviyan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News