Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melanjutkan konversi sepeda motor yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi motor listrik. Di tahun 2022, KESDM menargetkan dapat mengkonversi 1.000 motor listrik.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Ego Syahrial mengatakan, program konversi ini sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden nomor 55 tahun 2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik.
Adapun pada tahun 2021, Kementerian ESDM sudah menyelesaikan 100 unit konversi motor roda dua BBM milik Kementerian ESDM menjadi motor listrik.
"Pada 2022 ini konversi motor ini akan ditingkatkan menjadi 1000 motor dengan bekerja sama PT Pertamina, PT PLN, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pihak swasta," jelasnya dalam acara yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (17/3).
Baca Juga: Soal Transisi ke Mobil Listrik, Ekonom: Lonjakan Harga Minyak Jadi Momentum
Adapun menurut catatan sebelumnya, Kementerian ESDM telah menyampaikan bahwa pihaknya menargetkan 13 juta unit kendaraan bermotor menjadi motor listrik hingga 2030 yang separuhnya berasal dari motor baru dan dari hasil konversi.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan, Kementerian ESDM terus mendorong Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), sebagai bagian dari transisi energi untuk mewujudkan penggunaan energi yang lebih bersih, efisien,mengurangi impor BBM, menghemat devisa serta dapat menghemat subsidi BBM.
Target kendaraan listrik dalam dokumen Grand Strategi Energi Nasional dan Rancangan Net Zero Emission adalah sekitar 2 juta kendaraan listrik roda empat dan 13 juta kendaraan listrik roda dua pada tahun 2030. Apabila target kendaraan listrik tersebut tercapai, menurut Arifin, akan memberikan potensi pengurangan konsumsi BBM sebesar 6 juta KL per tahun dan penurunan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 7,23 juta ton CO2e.
"Dalam rangka semakin mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, pada tahun 2022 kami merencanakan program konversi akan ditingkatkan menjadi sebanyak 1.000 unit sepeda motor dengan sasaran sepeda motor operasional BUMN dan Pemerintah Daerah," ujarnya.
Dengan target konversi sebanyak 1.000 unit sepeda motor diharapkan mendorong keterlibatan aktif para pelaku usaha komponen motor listrik konversi, controller, penyedia baterai untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan kandungan lokalnya sehingga harga keekonomian mesin konversi lebih terjangkau.
Arifin menjelaskan lebih rinci mengenai dampak konversi bagi pengguna dan negara. Dia mengatakan, saat ini ada 115 juta hingga 120 juta unit sepeda motor di Indonesia dengan demand 6 juta unit kendaraan sepeda motor pertahunnya.
"Kalau di tahun 2030 kalo bisa melakukan program konversi secara masif dan bisa mengkonversi hingga 120 juta unit sepeda motor menjadi motor listrik maka akan terjadi penghematan luar biasa," ujar Arifin.
Dari sisi pengguna, satu sepeda motor mengkonsumsi rata-rata dua liter BBM perhari, katakanlah menggunakan Pertalite yang harganya Rp 7.650 per liter. Jika dikalikan dua liter, maka biaya energi yang dikeluarkan perharinya kurang lebih Rp 15.000. "Jika ini diganti biaya listrik, kurang lebih (pengguna hanya mengeluarkan biaya) 40%-nya saja. Tentu akan ada penghematan biaya energi," ujarnya.
Kemudian dari sisi negara, saat ini sudah terjadi defisit BBM karena Indonesia harus mengimpor crude maupun BBM yang impornya sudah mencapai 1 juta barrel ekuivalen. "Jika dihitung-hitung dua liter dikalikan 120 juta unit kendaraan motor, maka penghematan BBM secara nasional mencapai 240 juta liter BBM per hari," kata Arifin.
Baca Juga: Targetkan Konversi 1.000 Motor BBM Jadi Motor Listrik, Begini Rencana Pemerintah
Sebagai informasi, Kementerian ESDM sudah pernah meluncurkan pilot project program konversi 100 unit dengan 10 tipe (jenis sepeda motor) pada 17 Agustus 2021. Proses konversi tersebut mengikuti Permen Perhubungan No 65 Tahun 2020 tentang Konversi Sepeda Motor Bakar Menjadi Sepeda Motor Listrik Berbasis Baterai. Motor listrik tersebut telah lolos uji endurance 10.000 KM selama 48 hari dengan menempuh jalan menanjak, turunan, macet baik dalam kondisi hujan maupun panas.
Secara umum dalam peningkatan penggunaan dan pemanfaatan KBLBB, fokus Kementerian ESDM antara lain kesiapan suplai tenaga listrik, pembangunan instalasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) dan keterjangkauan serta insentif tarif listrik untuk KBLBB.
Hal tersebut telah diatur dalam Permen ESDM No.13 Tahun 2020 tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai, yang pada saat ini sedang dalam proses revisi dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaannya, mendorong partisipasi investasi dan keterlibatan pihak swasta.
"Peningkatan penggunaan kendaraan listrik juga harus di dukung dengan penyediaan listrik berbasis energi bersih, untuk itu kami pun menargetkan pada tahun 2030 kapasitas pembangkit energi terbarukan mencapai 31,4 GW dengan terbangunnya pembangkit EBT baru dalam Green RUPTL PLN 2021 - 2030 sebesar 20,9 GW," lanjut Arifin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News