Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan industri alas kaki (IAK) boleh bernafas lega. Tahun ini, Kementerian Perindustrian mengalokasikan dana Rp 177 miliar untuk merevitalisasi mesin dan peralatan di kedua industri tersebut.
Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementrian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, anggaran tersebut akan digunakan membantu 150 perusahaan industri TPT dan 20 perusahaan IAK. "Bantuan itu diberikan dalam bentuk bantuan 10% pembelian mesin impor dan 15% untuk pembelian mesin lokal," kata dia.
Walau lebih kecil ketimbang dana bantuan revitalisasi tahun 2010, dana tersebut diharapkan dapat terus memperkuat industri tersebut.
Tahun lalu, pemerintah menyediakan dana Rp 178,6 miliar untuk program ini. Dana itu dialokasikan untuk revitalisasi industri TPT sebesar Rp 154,15 miliar dan IAK sebesar Rp 24,45 miliar. Namun, yang terserap hanya Rp 144,37 miliar untuk industri TPT dan Rp 24,45 miliar untuk IAK.
Panggah mengatakan, dana yang dialokasikan sebenarnya masih kurang. Tahun lalu, ada sekitar 50 perusahaan TPT yang ada dalam daftar tunggu dana revitalisasi. Dus, kekurangan dana revitalisasi tahun ini mencapai Rp 100 miliar.
Direktur Industri Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Budi Irmawan mengatakan, saat ini ada banyak mesin berusia di atas 20 tahun. Mesin itu antara lain 4 juta unit mesin spinning, 202.144 unit mesin weaving, 34.203 unit mesin knitting, 47 unit mesin finishing, dan 210.518 unit mesin garmen.
Lany Sulaiman, Ketua Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI) mengatakan, anggotanya belum mengoptimalkan program revitalisasi. Sebab, saat ini mereka asih kesulitan memenuhi bahan baku. “Kami membutuhkan 5 juta ekor kulit sapi per tahun, sedangkan pasokan lokal hanya 2 juta ekor per tahun," ungkap Lany. Untuk itu, dia meminta kemudahan impor bahan baku dari Thailand.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News