Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menegaskan bahwa digitalisasi dan pendampingan usaha menjadi faktor kunci untuk mendorong UMKM naik kelas dan memperkuat kontribusinya terhadap ekonomi nasional.
Lewat kolaborasi dengan pelaku usaha besar, seperti PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) transformasi UMKM diyakini bisa berjalan lebih cepat dan berkelanjutan.
Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian UMKM, M. Riza Damanik, menyampaikan UMKM mendominasi perekonomian Indonesia dengan porsi 99% dari total usaha dan kontribusi 97% terhadap penyerapan tenaga kerja. Namun mayoritas masih berada di level mikro, sehingga perlu dukungan intensif agar lebih produktif.
“Yang paling penting ialah mendorong UMKM dari informal ke formal. Kementerian UMKM menyiapkan SAPA UMKM sebagai instrumen transformasi, termasuk pemberian Nomor Induk Berusaha (NIB), sertifikasi halal gratis, hingga akses pembiayaan,” ujar Riza dalam diskusi UMKM: Kekuatan Rakyat, Energi Bangsa di Jakarta, Kamis (22/8).
Baca Juga: Bantu UMKM, Jenius Kembangkan Aplikasi Jenius Bisniskit untuk Pembayaran
Menurutnya, digitalisasi sudah terbukti memperluas daya saing UMKM. Dari hanya 9 juta UMKM yang masuk ekosistem digital sebelum pandemi, kini sudah lebih dari 25 juta. Namun, Riza menekankan, onboarding bukan tujuan akhir, melainkan peningkatan produktivitas dan daya saing.
“Bahwa Sampoerna melakukan pelatihan dan pendampingan, itu bagian penting untuk mempercepat UMKM naik kelas,” tambahnya.
Direktur Sampoerna Elvira Lianita mengatakan pihaknya konsisten mendukung penguatan ekonomi kerakyatan melalui program pendampingan UMKM. Salah satu inisiatif adalah Sampoerna Retail Community (SRC) yang membina 250.000 toko kelontong di seluruh Indonesia sejak 2008.
“Setiap toko SRC kini memiliki Pojok Lokal sebagai etalase produk UMKM sekitar. Selain itu, aplikasi AYO by SRC telah membantu toko terkoneksi digital sehingga omzet meningkat,” jelas Elvira.
Selain SRC, Sampoerna juga menjalankan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) di Pasuruan, Jawa Timur, yang melatih UMKM dari aspek produksi hingga pemasaran digital. Dari 1.600 UMKM yang dibina, sekitar 80% telah terkoneksi ke ekosistem digital.
Kolaborasi dengan pemerintah pun terus diperkuat. Salah satunya terlihat dari pemulihan usaha Mama Khas Banjardi Kalimantan Selatan yang sempat terhenti akibat masalah hukum.
Bersama Kementerian UMKM, Sampoerna membantu menghidupkan kembali toko tersebut agar tetap menjadi pusat pemasaran produk nelayan dan petani lokal.
Langkah integrasi digital dan pendampingan intensif ini dinilai akan semakin memperkuat posisi UMKM dalam rantai pasok nasional. Dengan dukungan usaha besar, UMKM tak hanya bertransformasi dari informal ke formal, tetapi juga masuk ke skema kemitraan business to business (B2B) yang lebih berkelanjutan.
“UMKM hanya bisa menjadi besar jika ada usaha besar yang membantu melalui kemitraan rantai pasok,” tegas Riza.
Seiring target pemerintah mendorong lebih banyak UMKM naik kelas, kolaborasi lintas sektor seperti yang dilakukan Sampoerna diyakini menjadi model penting untuk mempercepat penguatan industri UMKM Indonesia.
Baca Juga: Dukung Pelaku Usaha Produktif, Pemerintah Siapkan Aneka Skema Kredit Program & Usaha
Selanjutnya: Kebutuhan Penyimpanan Data Melonjak 29,6% dalam 2 Tahun, Dark Data Jadi Risiko Baru
Menarik Dibaca: Film Legenda Kelam Malin Kundang Rilis Teaser Poster dan Teaser Trailer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News