Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli mengomentari optimisme Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang menegaskan musim kemarau tidak berdampak signifikan terhadap produksi beras nasional.
Agus menuturkan, musim kemarau yang panjang jelas berdampak langsung terhadap pertanian dan kehidupan para petani secara kompleks. Selain produksi hasil tanam petani yang dipastikan semakin menurun, musim kemarau juga menghadirkan persoalan-persoalan lain kepada petani seperti tumbuhnya hama di lahan pertanian mereka.
“Hama di ladang-ladang pertanian juga bertumbuh banyak. Ini yang kerap dikeluhkan oleh petani-petani,” papar Agus dalam keterangannya, Rabu (3/10).
Lebih jauh, Agus menuturkan kemarau panjang juga menyebabkan petani gagal panen sehingga merugi dari sisi modal. Secara tidak langsung hal ini membuat petani memilki hutang panen sehinggaketika datang musim hujan mereka harus menanam ulang.
Tak hanya itu, luasan kekeringan ladang-ladang pertanian di berbagai daerah diyakini lebih besar dibandingkan dari tahun sebelumnya, sebagaimana data yang diungkap oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kekeringan telah melanda 11 provinsi yang terdapat di 111 kabupaten/kota, 888 kecamatan, dan 4.053 desa yang notabene di antaranya adalah daerah-daerah sentra beras dan jagung, seperti Jatim, Jateng, Jabar, Sulsel, NTB, Banten, Lampung, dan beberapa provinsi lainnya.
Kondisi kekeringan di atas selaras dengan hasil studi Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), sebanyak 39,6% dari 14 kabupaten yang merupakan sentra padi mengalami penurunan produksi di kemarau panjang ini.
Penurunannya bahkan tidak tanggung-tanggung, mencapai 39,3%.Oleh sebab itu ia mendorong Kementan lebih serius menangani hal ini.
Kemtan disarankannya berkoordinasi langsung dengan para petani dan menampung masalah-masalah yang dihadapi petani. Pasalnya, Kemtan sejauh ini dinilainya kurang optimal dalam membenahi persoalan yang dihadapi petani, khususnya saat musim kemarau melanda.
Presiden Peternak Layer (ayam petelur) Nasional Ki Musbar Mesdi pun mengungkap kegundahannya. Kemarau panjang menurutnya memberikan efek domino kepada para peternak karena menurunnya jumlah panen berdampak pada tingginya harga jagung di pasaran.
"Terjadi penurunan suplai sekitar 20% dari produksi nasional," ujar Musbar.
Ia mempertanyakan tingginya target produksi jagung dari Kemtan. Karena pada kenyataannya, musim kemarau saat ini telah menyebabkan kekeringan di sejumlah daerah.
Sementara target Kementan hanya didasarkan atas jumlah bibit yang ditebar dan luasan area tanam. "Tapi tidak semua wilayah ada airnya," tandas Musbar.
Bahkan kekeringan yang terjadi di sejumlah wilayah saat ini menurutnya sangat berpotensi menyebabkan terjadinya gagal panen. Oleh karena itu Musbar menekankan perlunya perbaikan tata kelola termasuk distribusi komoditas pangan secara nasional.
Pemerintah seharusnya menyiapkan mesin-mesin pascapanen, salah satunya mesin pengering, di daerah sentra produksi komoditas pangan. Dengan demikian, dapat di distribusikan ke seluruh wilayah Indonesia. "Tapi sayangnya sistem distribusi belum baik," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News