kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Musim paceklik pengaruhi kenaikan harga beras


Selasa, 02 Oktober 2018 / 08:18 WIB
Musim paceklik pengaruhi kenaikan harga beras
Produksi beras surplus, namun harga beras menunjukkan tren kenaikan


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga seluruh jenis beras (kualitas premium, medium, dan kualitas rendah) di tingkat penggilingan mengalami kenaikan merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2018. Beras premium per September 2018 naik 1,20% menjadi 9.572 per kilogram (kg), kualitas medium naik 1,50% menjadi Rp 9.310 per kg, dan kualitas rendah naik 1,65% menjadi 9.125 per kg.

Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi Beras (Perpadi) Burhanuddin, kenaikan harga ini terjadi akibat musim kemarau yang sedang terjadi di beberapa kawasan pemasok beras di Indonesia.

Oleh sebab itu, waktu tanam menjadi tertunda dan berakibat pada sedikitnya peredaran beras di pasaran sehingga harga cenderung naik.

“Ini kan musim paceklik ya, kalau di Jawa itu kan baru mau tanam padi. Panen di beberapa tempat masih, tapi akan berakhir. Sedangkan untuk masa tanam belum mulai. Karena sekarang belum hujan,” kata Burhanuddin dalam sambungan telepon, Senin (2/10).

Burhanuddin selanjutnya mengatakan bahwa seharusnya Oktober sudah memasuki masa hujan, namun sejauh ini belum ada tanda-tanda. Penundaan masa tanam ini secara tidak langsung akan berdampak pada pasokan beras awal tahun 2019.

“ya ini kan Oktober seharusnya sudah hujan dan padi sudah siap tanam, jadi ini ada kemungkinan tanam mundur. Kalau tanam mundur kan panen mundur. Ini yang kita khawatirkan pada bulan Januari itu agak riskan ya,” ujarnya.

Namun demikian Burhanudin menegaskan hingga akhir tahun ini produksi padi akan berjalan normal dan tidak ada masalah. Hanya saja yang perlu dikhawatirkan adalah kecukupannya.

“Kalau untuk produksi saat ini normal, cuma masalahnya cukup atau tidak. Tetapi untuk produksi tahun ini itu normal enggak ada gangguan,” ungkapnya.

BPS menyebut bahwa kenaikan harga beras juga didorong oleh peningkatan harga-harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar 2,40% menjadi Rp 4.889 kg dan di tingkat penggilingan naik 2,46% menjadi Rp 4.990 per kg.

Lebih lanjut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengungkapkan, gabah kering giling (GKG) di petani juga naik 1,71% menjadi Rp 5.399 per kg, GKG di tingkat penggilingan naik 1,86% menjadi Rp 5.501 per kg.

Direktorat Jenderal Pangan Kementerian Pertanian mengklaim bahwa hingga September 2018 produksi gabah secara nasional surplus.

Hal ini terkait dengan produksi padi jagung kedelai (PJK) selama kurun waktu lima tahun terakhir mengalami peningkatan.

Data Kemtan menyebut bahwa produksi padi tahun 2017 adalah 81.148.594 ton, sedangkan pada tahun ini produksi hingga akhir tahun mencapai 83.037.150 ton atau naik 2,3% (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×