kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,02   4,69   0.52%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemtan: Pemangkasan kuota tidak naikkan harga


Rabu, 27 Februari 2013 / 07:31 WIB
Kemtan: Pemangkasan kuota tidak naikkan harga
ILUSTRASI. Banyak diburu konsumen, ini pilihan hp Samsung harga Rp 2 jutaan per Oktober 2021


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Uji Agung Santosa

Pemangkasan kuota impor daging sapi dituding sebagai biang keladi lonjakan harga daging di pasaran dalam negeri. Berbagai alasan dikemukakan termasuk kurangnya pasokan daging sapi lokal. Namun, Kemtan dengan tegas membantahnya. Mereka bilang pemangkasan impor tidak akan menaikkan harga daging sapi di pasaran, karena daging impor memiliki pasar tersendiri. Jadi siapa yang benar?


Lonjakan harga daging sapi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir selain disebabkan pemangkasan kuota impor diperkirakan juga karena kurangnya pasokan sapi lokal. Tudingan mengarah ke Kementerian Pertanian (Kemtan) yang menjadi regulator pasokan daging sapi. Alasannya, pemangkasan kuota impor tidak diimbangi peningkatan pasokan lokal sehingga permintaan tidak sesuai dengan suplai.


Namun kementerian yang ada di bawah pimpinan Suswono itu membantah. Syukur Iwantoro, Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemtan tidak sepakat dengan kesimpulan tingginya harga daging sapi di pasar karena ada pengurangan kuota impor. Ia beralasan, daging sapi impor memiliki pasar sendiri yaitu industri, hotel, restoran, dan katering.

Daging sapi impor, menurut Syukur tidak masuk pasar tradisional sehingga pengurangan kuota impor tidak menyebabkan kenaikan harga daging sapi di pasar tradisional. "Sapi lokal tersedia cukup banyak, namun distribusinya tidak lancar karena masalah infrastruktur," katanya beralasan.


Menurut data di Kemtan, pada 2011 lalu jumlah sapi potong dan sapi perah di Jawa Timur mencapai 4,7 juta ekor, sehingga populasinya paling banyak di seluruh Indonesia (31,89%). Diikuti Jawa Tengah sebanyak 1,9 juta ekor (13,07%), Sulawesi Selatan 984.000 ekor (6,64%), Nusa Tenggara Timur 778.200 ekor (5,25%) dan Lampung 742.800 ekor (5,01%). Di NTB populasi sapi mencapai 685.800 ekor (4,63%) dan Bali sebanyak 637.500 ekor (4,31%).


Menurut Syukur, komposisi populasi sapi tahun ini tidak banyak berubah. "Posisi Desember 2012 populasi sapi potong dan perah mencapai 15,9 juta ekor. Tahun ini bisa mencapai 16,6 juta ekor," katanya. Syukur yakin program swasembada daging sapi bisa tercapai pada 2014 nanti.


Syukur berharap program swasembada daging tidak hanya memenuhi kebutuhan daging konsumsi namun juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak sapi dan kerbau. Jumlah rumah tangga yang tergantung pada hasil ternak sapi dan kerbau, menurutnya mencapai 6,4 juta.


Walau tidak disukai konsumen, setidaknya alasan peningkatan pendapatan bagi peternak sapi dan kerbau ada benarnya. Sebab setelah pemangkasan kuota impor daging sapi dilakukan selama dua tahun, harga sapi lokal terangkat.


Di NTT harga daging sapi mencapai Rp 22.000 per kilogram bobot hidup, di Sumbawa Rp  33.000 per kg, dan Jawa Timur sebesar Rp  29.000 per kg. Sebelumnya harga sapi lokal hanya Rp  16.000 per kg bobot hidup.


Eko Dodi Pramono, anggota kelompok tani ternak Bangun Rejo di Bawen, Jawa Tengah mengatakan, harga sapi saat ini cukup membangkitkan minat peternak. "Dengan harga pakan yang naik, harga sekarang sudah cukup bagus untuk peternak," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×