Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri otomotif nasional diperkirakan masih akan berada dalam kondisi menantang seiring adanya berbagai sentimen negatif yang berpotensi mengganggu kinerja sektor tersebut.
Terbaru, Bank Indonesia (BI) memberlakukan kebijakan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% pada Rabu (24/4) kemarin guna meredam gejolak pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Kebijakan ini jelas membuat para pelaku industri otomotif was-was. Pasalnya, terdapat risiko kredit kepemilikan kendaraan bermotor juga ikut dikerek oleh berbagai lembaga keuangan.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto berharap, pihak perbankan atau lembaga pembiayaan tidak langsung ikut menaikkan suku bunga kredit untuk kendaraan bermotor. Apalagi, permintaan mobil baru di pasar sedang mengalami perlambatan akhir-akhir ini.
Baca Juga: Intip Target & Strategi Bisnis Dharma Polimetal (DRMA) Pasca Kenaikan Suku Bunga
Di tengah era suku bunga acuan tinggi, daya beli sebagian masyarakat turut melemah seiring kenaikan harga barang-barang kebutuhan primer. Alhasil, beberapa konsumen cenderung memprioritaskan kebutuhan tersebut dan menunda pembelian mobil baru sampai suku bunga acuan turun.
Tidak hanya itu, para produsen otomotif juga dihadapkan oleh tren pelemahan rupiah yang banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global. Volatilitas kurs memberi dampak negatif bagi pabrikan yang aktif melakukan impor mobil secara utuh atau completely built up (CBU) maupun impor komponen dalam jumlah besar.
Kendati demikian, sejauh ini Gaikindo tetap mempertahankan proyeksi penjualan mobil nasional sebesar 1,1 juta unit hingga akhir 2024.
“Kami yakin target tersebut masih bisa tercapai karena masih ada 8 bulan tersisa untuk memaksimalkan penjualan,” ujar dia, Kamis (25/4).
Sepanjang kuartal I-2024, penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil nasional merosot 23,9% year on year (YoY) menjadi 215.069 unit. Pada periode yang sama, penjualan retail (dealer ke pabrik) mobil nasional juga terkoreksi 15% YoY menjadi 271.423 unit.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menambahkan, The Fed diprediksi akan membuka peluang penurunan suku bunga acuan mulai Juli 2024. Semestinya hal ini bisa diikuti juga oleh BI dalam memangkas suku bunga acuan di dalam negeri.
Baca Juga: Pangsa Pasar Naik, Isuzu Jual 6.808 Unit Kendaraan Komersial pada Kuartal I
Namun, ini dengan catatan inflasi secara nasional dapat kembali ke level yang normal, sehingga BI punya ruang yang cukup untuk menurunkan suku bunga acuan.
“Ketika inflasi normal, daya beli masyarakat akan membaik sehingga permintaan mobil baru juga meningkat,” jelas dia, Kamis (25/4).
Strategi APM
Sejumlah agen pemegang merek (APM) turut mewaspadai tekanan di industri otomotif nasional yang masih berlangsung sampai saat ini.
Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy meyakini, sekalipun kenaikan suku bunga acuan bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional, kebijakan ini bakal mempengaruhi tren pembelian mobil oleh masyarakat.
Sebab, sebagian besar pembelian mobil baru di Indonesia menggunakan skema cicilan kredit. Ditambah lagi, semenjak suku bunga acuan berada di level yang tinggi, pihak leasing cenderung memperketat dan lebih selektif dalam menyalurkan kredit kendaraan bermotor.
Kini, Toyota terus mengobservasi dan berkoordinasi secara intens dengan para kolega di manufaktur, dealer, lembaga pembiayaan, hingga prinsipal guna mempertahankan bisnis di tengah berbagai ketidakpastian di industri otomotif. Harapannya, Toyota dapat beradaptasi dengan cepat dan menangkap peluang di tengah kelesuan pasar.
Toyota pun berupaya lebih gencar dalam mengimplementasikan program penjualan, program paket kredit, dan perpanjangan tenor cicilan untuk menjaga permintaan.
"Tentu program-program ini disesuaikan dengan kemampuan konsumen," imbuh Anton, Kamis (25/4).
Sementara itu, Marketing & Customer Relations Division Head PT Astra International Tbk Daihatsu Sales Operation Tri Mulyono menyebut, saat ini pihaknya masih mempelajari dampak kenaikan suku bunga acuan terhadap prospek penjualan Daihatsu dalam waktu dekat.
Maklum saja, sebanyak 80% konsumen Daihatsu melakukan pembelian dengan memanfaatkan dukungan lembaga pembiayaan.
Saat ini Daihatsu aktif berkoordinasi dengan mitra lembaga pembiayaan dalam melakukan profiling dan memetakan segmentasi konsumen secara lebih tepat.
"Dengan demikian, proses pengajuan kredit oleh konsumen Daihatsu di lembaga pembiayaan dapat berjalan lancar dan cepat," pungkas dia, Kamis (25/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News