Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri semen dalam negeri kini tengah dibayangi potensi kendala pasokan batubara. Meskipun pemerintah sudah menetapkan harga jual batubara US$ 90 per ton untuk industri semen, sayangnya belum semua pelaku usaha memperoleh manfaat tersebut.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengungkapkan ini membuat utilisasi dan kinerja ekspor industri semen berpotensi terganggu.
"Program ekspor sebesar 15% dari total konsumsi penjualan harus didukung oleh harga DMO, apabila masih harga non-DMO atau di atas Rp 1,2 juta per ton batubara maka kemungkinan tidak ada ekspor lagi tahun 2022," kata Widodo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII, Selasa (25/1).
Widodo menambahkan, jika ekspor tak bisa dilangsungkan, maka utilisasi pabrik akan turun menjadi rerata 55%.
Baca Juga: Belum Semua Perusahaan Semen Menikmati Harga Khusus Batubara
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam mengungkapkan, saat ini industri semen masih mengalami kondisi over supply mencapai 47%.
Di sisi lain, utilisasi industri semen dinilai sudah mulai meningkat pada tahun 2021 meskipun belum menyamai kondisi tahun 2019. Pada tahun 2019 utilisasi mencapai 65%, kemudian turun menjadi 56% di tahun 2020 dan kembali meningkat menjadi 58% pada 2021 lalu.
"Hal ini menunjukkan adanya pemulihan kondisi industri semen dari awal pandemi namun kondisi tersebut belum mencapai kondisi normal seperti tahun 2019," pungkas Khayam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News