Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
Di sisi lain, kegiatan promosi oleh duta obat PYFA ke rumah sakit ataupun ke calon-calon pembeli lainnya juga mengalami penurunan seiring adanya penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Gejala-gejala ini dirasakan oleh PYFA pada bulan Mei 2020 lalu.
Dengan adanya kedua faktor di atas, kinerja penjualan bersih PYFA di sepanjang semester I 2020 diperkirakan bisa turun 5%-10% dibanding periode sama tahun lalu. Meski begitu, Kuntoro menambahkan, temuan awal tersebut masih belum cukup untuk dijadikan sebagai dasar untuk menghitung proyeksi kinerja hingga tutup tahun.
Baca Juga: Indofarma (INAF) ketiban berkah dari pengadaan rapid test diagnostik dan PCR Covid-19
“Saya rasa data 1 bulan belum cukup untuk kami membuat satu kesimpulan ke depan,” kata Kuntoro.
Sepanjang Januari - Maret 2020 lalu, PYFA membukukan penjualan bersih sebesar Rp 79,03 miliar atau naik 23,84% dibanding penjualan bersih periode sama tahun lalu. Secara terperinci, realisasi tersebut terdiri atas penjualan bersih sebesar Rp 75,01 miliar dari segmen produk farmasi, produk kecantikan dan jasa maklon serta Rp 4,01 miliar dari segmen produk kesehatan.
Seiring kenaikan pada penjualan bersih, laba bersih tahun berjalan PYFA melesat sebesar 131,55% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula sebesar Rp 1,88 miliar pada kuartal I 2019 menjadi Rp 4,36 miliar di kuartal I 2020.
Baca Juga: Ini strategi Tembaga Mulia Semanan (TBMS) jaga keberlangsungan bisnisnya di 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News