kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Ketegangan India-Pakistan Ancam Ekspor RI dan Biaya Logistik


Jumat, 09 Mei 2025 / 20:15 WIB
Ketegangan India-Pakistan Ancam Ekspor RI dan Biaya Logistik
ILUSTRASI. Ketegangan geopolitik antara India dan Pakistan dinilai membawa dampak lanjutan terhadap industri logistik dan ekspor Indonesia. . ANTARA FOTO/Andri Saputra/Spt.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan geopolitik antara India dan Pakistan dinilai tak hanya mengancam stabilitas kawasan Asia Selatan, tetapi juga membawa dampak lanjutan terhadap industri logistik dan ekspor Indonesia. 

Pengamat Maritim dari Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC), Marcellus Hakeng Jayawibawa, menilai perang terbuka di antara dua kekuatan besar tersebut bisa memicu lonjakan tajam pada biaya logistik global

“Jika kita berkaca pada konflik sebelumnya seperti Rusia-Ukraina, maka perang India-Pakistan berpotensi mendorong kenaikan biaya logistik yang sangat signifikan," ujar Hakeng kepada KONTAN, Jumat (9/5).

Baca Juga: Ketegangan India-Pakistan Ancam Jalur Udara Global, Maskapai Alihkan Rute Lebih Aman

Menurutnya, kenaikan harga bahan bakar, penutupan jalur perdagangan utama, hingga terganggunya infrastruktur transportasi bisa mengacaukan pengiriman barang. 

Ia menjelaskan bahwa jalur strategis seperti Laut Arab, Selat Malaka, hingga rute darat dari Asia Selatan ke Timur Tengah kemungkinan besar akan terdampak jika konflik memanas. Indonesia, yang mengandalkan ekspor komoditas seperti CPO, batu bara, karet, hingga produk tekstil, dinilai akan menghadapi tekanan berat dalam menjaga kelancaran distribusi dan daya saing produk.

“Jika biaya logistik melonjak dan pengiriman terganggu, eksportir kita bisa kehilangan momentum di pasar global. Komoditas unggulan bisa jadi kurang kompetitif karena harga naik dan pengiriman terlambat,” jelasnya.

Lebih lanjut, Hakeng menekankan pentingnya langkah strategis dari para pelaku usaha dan pemerintah untuk mengantisipasi dampak konflik tersebut. 

"Perusahaan pelayaran harus mulai mengevaluasi rute-rute alternatif yang lebih aman dan efisien. Penggunaan teknologi untuk pelacakan logistik secara real-time juga penting untuk mencegah gangguan besar,” katanya.

Di sisi lain, para eksportir disarankan untuk mendiversifikasi pasar ekspor agar tak bergantung pada negara-negara di sekitar zona konflik. “Kita harus mulai menjajaki pasar-pasar non-tradisional yang relatif lebih stabil secara geopolitik,” ujarnya.

Menurut Hakeng, dukungan pemerintah akan sangat menentukan dalam menghadapi gejolak biaya logistik global. Pemberian insentif fiskal, pembukaan akses jalur perdagangan alternatif, hingga perjanjian dagang regional dinilai bisa menjadi solusi konkret untuk menjaga arus ekspor tetap berjalan.

“Negara harus aktif. Pemerintah bisa mendorong kerja sama perdagangan dengan kawasan yang lebih aman, sekaligus memperkuat sektor logistik nasional lewat infrastruktur pelabuhan dan insentif untuk pelaku usaha,” tambahnya.

Selain soal biaya, Hakeng juga mengingatkan pentingnya menjaga ketersediaan kontainer, yang kerap menjadi kendala dalam situasi krisis global. 

Baca Juga: Konflik India-Pakistan Berpotensi Hambat Jalur Distribusi Logistik Internasional

“Kekurangan kontainer bisa mendorong harga sewa meroket dan menyebabkan bottleneck di pelabuhan. Perusahaan harus mulai mencari alternatif sumber kontainer dan bermitra dengan lebih banyak penyedia logistik,” imbuhnya.

Secara jangka panjang, perang India-Pakistan dapat mengubah peta logistik dan pola perdagangan global, termasuk bagi Indonesia. Hakeng menyebut, jika konflik berlangsung lama, ada risiko terputusnya rantai pasok bahan baku dan terganggunya ekspor produk utama nasional.

“Industri perlu beradaptasi dengan cepat. Dunia usaha dan pemerintah harus bersinergi memperkuat resilien logistik nasional, agar ekspor Indonesia tetap bertahan di tengah gejolak geopolitik,” pungkasnya.

Selanjutnya: Ini Respon Allianz Life Terkait Adanya Pembentukan Dewan Penasihat Medis

Menarik Dibaca: Yura Yunita Rilis Lagu Tanda, Nicholas Saputra Jadi Bintang Video Klipnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×