kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.159   41,00   0,25%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Kiat Pertamina menggali pontensi listrik panas bumi


Jumat, 23 Oktober 2020 / 09:20 WIB
Kiat Pertamina menggali pontensi listrik panas bumi
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong yang dioperasikan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Sulawesi Utara


Reporter: Dimas Andi, Pratama Guitarra, Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Cipta Wahyana

Saat ini, PGE menjalankan tiga proyek pengembangan listrik panas bumi. Pertama, PLTP Lumut Balai unit 2 di Sumatra Selatan dengan rencana kapasitas terpasang 55 MW. Kedua, PLTP Hululais unit 1&2 di Bengkulu dengan rencana kapasitas terpasang sebesar 2 x 55 MW.

Ketiga, PLTP Sungai Penuh unit 1 di Kerinci-Jambi, dengan rencana kapasitas terpasang sebesar 55 MW. "Selain pengembangan panas bumi, saat ini PGE juga sedang melakukan eksplorasi untuk Wilayah Kerja Seulawah Agam di Aceh dan Gunung Lawu di Jawa Tengah," ujar dia.

Tantangan panas bumi

Nilai investasi yang akan dikucurkan PGE untuk pengembangan panas bumi hingga tahun 2026 mencapai US$ 2,68 miliar atau sekitar Rp 39,12 triliun (kurs US$ 1= Rp 14.600). "Untuk meningkatkan daya saing jangka panjang sampai tahun 2026, PGE akan fokus pada strategi meningkatkan kapasitas PLTP sesuai target dan pengembangan direct use yang memiliki nilai komersial," kata Mindaryoko.

Meski dalam kondisi pandemi Covid-19, PGE tetap melaksanakan proses tender untuk memilih pelaksana EPCC total project untuk membangun PLTP Lumut Balai 2.
Sementara Daniel mengungkapkan, dari sisi teknis dan teknologi pengeboran panas bumi, Pertamina sudah bisa mengatasinya. Kendati begitu, masih ada sejumlah tantangan dalam pengembangan panas bumi.

Daniel menyoroti kebutuhan belanja modal alias capital expenditure (capex) yang masih sangat besar. Sebab, infrastruktur dasar belum disiapkan sehingga pengembang harus mengucurkan investasi terlebih dulu. 

Padahal, medan pengeboran panas bumi sangat sulit sehingga pembangunan infrastruktur dasar memerlukan dana besar. "Jadi bayangkan, kami harus mengebor di kawasan pegunungan maupun di dasar lembah. Jalan ke sana saja belum ada. Kami harus memobilisasi peralatan pemboran, peralatan pembangkit listrik. Untuk itu kami harus siapkan jalan dengan kualitas yang mampu menampung beban berat," terang Daniel.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×