kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.568.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.190   15,00   0,09%
  • IDX 7.089   24,28   0,34%
  • KOMPAS100 1.050   2,99   0,29%
  • LQ45 820   -0,96   -0,12%
  • ISSI 212   2,00   0,95%
  • IDX30 421   -0,80   -0,19%
  • IDXHIDIV20 504   -0,45   -0,09%
  • IDX80 120   0,40   0,33%
  • IDXV30 124   0,56   0,46%
  • IDXQ30 139   -0,48   -0,34%

Kilang solar beroperasi, impor solar dikurangi


Senin, 09 November 2015 / 10:12 WIB
Kilang solar beroperasi, impor solar dikurangi


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan bisa menghentikan impor bahan bakar minyak (BBM) jenis solar mulai tahun 2016. Selain itu, untuk BBM jenis premium targetnya impor bisa turun hingga 30% tahun depan.

Menurut Menteri ESDM, Sudirman Said, optimisme pemerintah untuk memangkas impor BBM ini karena ada kenaikan produksi kilang dalam negeri, serta pengoperasian unit baru kilang minyak i. Salah satunya Kilang Tuban milik PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang baru saja diakuisisi oleh PT Pertamina.

Sudirman berharap, kelarnya proses akuisisi tersebut, Pertamina bisa memangkas impor BBM terutama premium sebesar 30% dari impor BBM saat ini 9 juta barel per bulan. Kilang TPPI saat ini sudah mencapai kapasitas produksi sebesar 80% dari target puncak produksi Kilang Tuban sebesar 100.000 barel per hari (bph).

Selain kilang TPPI, pemerintah juga menargetkan beroperasinya unit residual fluid catalytic cracking di Kilang Cilacap dalam waktu dekat. Dengan begitu tidak hanya impor premium yang bisa turun hingga 30%, tetapi juga impor BBM jenis solar.  "Kilang minyak Cilacap sudah hampir beroperasi, minggu depan diresmikan. Dengan begitu, tahun 2016 sudah tidak lagi impor solar," terang Sudirman, Minggu (8/11).

Selain kedua kilang tersebut, ke depan impor akan berkurang lagi jika rencana pembangunan kilang antara Pertamina dan Aramco segera terealisasi. Selain itu, impor minyak berkurang saat program pemerintah untuk mengonversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG) memberikan hasil. Tapi, Sudirman tidak bersedia memerincinya.

Direktur Pengelolaan Pertamina, Rahmat Hardadi menambahkan, tahun depan Indonesia memang tidak perlu lagi mengimpor solar. Sebab dalam hitungan Pertamina, kebutuhan solar sudah bisa terpenuhi dari kilang-kilang yang ada di dalam negeri. "Iya. Insya Allah bisa. Saya Lupa angkanya, yang jelas kita tidak perlu impor," tegasnya.

Wianda Pusponegoro Vice President Corporate Communication Pertamina menambahkan, saat ini impor solar pada kisaran 600.000 barel per bulan.

Impor terus turun

Berdasarkan data Kementerian ESDM, impor premium Januari-November menurun sebesar 37% dari 378,5 million barrels per day (mbpd) pada periode yang sama tahun lalu menjadi 236 mbpd. Sementara itu impor solar menurun 84% dari 121,3 mbpd menjadi 20 mbpd. Kapasitas tangki penyimpanan BBM pada 2015 mengalami kenaikan 12% menjadi 5,0 juta KL dari tahun lalu sebesar 4,6 juta KL.

Kemudian, konsumsi BBM menurun sebesar 9% menjadi 171.000 kiloliter (kl) dari tahun lalu sebesar 189.000 kl. Selain itu, menurut Sudirman, ketahanan stok BBM Indonesia secara nasional meningkat 20% menjadi 29,3 hari dari tahun lalu 24,3 hari.

Menurut Komaidi Notonegoro, pengamat energi, sebagian besar komponen impor memang lebih mahal dibandingkan dengan diproduksi di dalam negeri. "Idealnya akan ada dampak terhadap harga BBM karena impor berkurang," kata dia.

Namun yang perlu dicatat,  kilang domestik adalah kilang tua. Biaya produksinya pun tidak efisien lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×