Reporter: Merlinda Riska | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk membidik kenaikan pertumbuhan bisnis obat generik melalui tender katalog elektronik (e-catalog) 2015. Perusahaan farmasi pelat merah itu berambisi menjaring Rp 350 miliar tender e-catalog generik tahun ini.
Saat ini pemerintah belum menggelar tender e-catalog 2015. Namun Direktur Utama Kimia Farma Rusdi Rosman kepada KONTAN, pekan lalu, menyatakan rasa optimismenya lantaran 2014 realisasi e-catalog generik Kimia Farma mencapai Rp 300 miliar.
Itu berarti Kimia Farma membidik pertumbuhan perolehan tender e-catalog obat generik 16,67% . Perusahaan ini optimistis tender membesar seiring massifnya pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) milik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Dalam mendistribusikan obat generik untuk kebutuhan JKN itu, Kimia Farma tak hanya mengandalkan pihak ketiga. Perusahaan berkode KAEF di Bursa Efek Indonesia itu juga berupaya memperkuat jalur distribusi sendiri. Salah satunya, meningkatkan jumlah apotek dan klinik Kimia Farma berlabel BPJS.
Rusdi mengakui, belum semua klinik Kimia Farma siap menerima pasien BPJS. Saat ini, baru 105 kliniknya yang siap melayani program JKN. "Ke depan, semua klinik kami harus bisa menerima pasien BPJS karena ini kan program pemerintah," terangnya.
Sebagai catatan, sampai akhir 2014 lalu, Kimia Farma memiliki 617 apotek dan 250 klinik. Target perusahaan itu adalah memiliki 717 apotek dan 300 klinik pada akhir 2015 nanti. Selain menambah jumlah apotek dan klinik, perusahaan itu berencana menyinergikan setiap apotek agar juga berfungsi sebagai klinik.
Meski terlihat giat mengincar tender e-catalog obat generik, manajemen Kimia Farma mengaku margin obat generik sejatinya sangat tipis. Penyebabnya ada dua. Pertama, nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah yang menguat sehingga mata uang garuda terpuruk.
Maklum, salah satu isu utama tantangan industri farmasi memang belum beranjak dari bahan baku yang mayoritas diimpor. Kimia Farma sendiri mengimpor bahan baku hingga 90% dari total kebutuhan bahan baku. Tak terkecuali kebutuhan untuk membikin obat generik.
Total nilai impor tahun lalu mencapai Rp 350 miliar. Nah, jumlah impor bahan baku itu berpotensi membesar sejalan dengan peningkatan permintaan juga.
Kedua, harga obat generik sudah ditetapkan oleh pemerintah sehingga Kimia Farma tak bisa menaikkan harga. Perusahaan itu berharap pemerintah bersedia meninjau ulang harga pokok penjualan (HPP) untuk obat e-catalog generik. "Marginnya sangat tipis. Kira-kira single digit, 2%-3%," aku Rusdi.
Sembari berharap pada kebijakan pemerintah, Kimia Farma berupaya menyeimbangkan neraca keuangan. Perusahaan itu akan menggenjot penjualan obat resep (ethical) dan obat over the counter (OTC) alias obat bebas. Termasuk, mengerek harga jual sebesar 5%-12% atas 40 item obat di dua kategori obat-obatan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News