Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kinerja PT Angkasa Pura I (AP I) di semester pertama tahun ini masih di bawah harapan. Setelah Kementerian Perhubungan menerapkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Perjanjian Tingkat Layanan (service level agreement) Dalam Pemberian Layanan Kepada Pengguna Jasa Bandar Udara, pengelola sejumlah bandara ini terpaksa harus mengeluarkan anggaran lebih banyak untuk melayani penumpang dan maskapai penerbangan. Walhasil kebijakan ini justru menambah beban Angkasa Pura I.
Sekretaris Perusahaan Angkasa Pura I, Fardi Indra Nugraha memahami setiap ada pergantian pimpinan negara termasuk menteri juga bakal ada perubahan paradigma. Kebijakan baru itu ikut menggerus pendapatan bisnis AP I. "Sedikit banyaknya akan mengurangi pendapatan, tapi bisa meningkatkan pelayanan," jelas Farid, Kamis (15/10).
Sejatinya, perusahaan plat merah ini berharap bisa meraup pendapatan Rp 2,69 triliun di semester I-2015. Tapi baru sanggup meraup pendapatan Rp 2,39 triliun. Meski begitu laba bersih perusahaan ini justru naik dari target Rp 457 miliar menjadi Rp 624 miliar.
Melihat hasil ini, Angkasa Pura I pun merancang strategi supaya bisa meraup hasil lebih positif lagi di akhir tahun ini. Salah satunya adalah dengan meniru penerapan pengelolaan Bandara Ngurah Rai Denpasar, ke beberapa bandara besar kelolaan AP I, seperti Juanda Surabaya.
Langkah lainnya adalah mengembangkan bandara yang luas lahannya terbatas, seperti di bandara Adisucipto, Yogyakarta dengan memindahkan ke bandara Kulonprogo, Yogyakarta. Proyek bandara senilai Rp 5 triliun ini direncanakan bisa dibangun pada 2017 nanti. Dan AP I berharap bandara ini bisa beroperasi pada 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News