Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor properti nasional menunjukkan dinamika beragam sepanjang kuartal I-2025.
Berdasarkan laporan Colliers Indonesia, sektor ritel masih mencatatkan pertumbuhan, sementara sektor perkantoran, hotel, dan apartemen mengalami tekanan akibat perlambatan ekonomi dan kebijakan efisiensi anggaran pemerintah.
Head of Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto, menyatakan bahwa perang dagang global, seperti tarif Amerika Serikat terhadap Indonesia, belum memberikan dampak langsung ke sektor properti.
Baca Juga: CNAF Catat Pembiayaan Baru Rp 2,97 Triliun di Kuartal I 2025, Tumbuh 22%
Namun, ia mengingatkan bahwa penurunan ekspor dapat menurunkan pendapatan negara, yang pada akhirnya berdampak pada perlambatan ekonomi nasional dan sektor properti.
“Jika pemasukan negara berkurang, hal ini akan mempengaruhi ekonomi kita. Dengan kondisi ekonomi yang menurun, sektor properti Indonesia juga akan terkena dampaknya,” ujar Ferry dalam siaran pers, Rabu (23/4).
Di tengah tekanan tersebut, Colliers melihat peluang pertumbuhan dari potensi relokasi industri dari China ke negara-negara dengan biaya lebih efisien, termasuk Indonesia.
Peluang ini dinilai dapat mendorong pertumbuhan sektor properti industri, khususnya untuk sektor manufaktur elektronik, tekstil, dan otomotif.
Sementara itu, sektor perkantoran di Jakarta masih lesu. Ketidakpastian ekonomi membuat perusahaan enggan mengambil komitmen jangka panjang, sehingga pemilik gedung menerapkan strategi sewa yang fleksibel.
Baca Juga: Realisasi Investasi Sektor Properti di Indonesia Masuk Lima Besar
Gedung dengan konsep ramah lingkungan dan berstandar ESG (Environmental, Social, Governance) mulai menarik minat pasar.
Pasar apartemen juga belum menunjukkan pemulihan signifikan. Meski didorong oleh insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), dampaknya tidak sebesar sektor rumah tapak. Pengembang memilih menyelesaikan proyek yang telah berjalan dan menghabiskan stok yang ada, ketimbang memulai proyek baru.
Sektor ritel menjadi satu-satunya yang menunjukkan aktivitas positif. Pusat perbelanjaan di Jakarta tetap aktif dengan mengusung konsep rekreasi dan hiburan digital interaktif. Meski begitu, penyewa masih berhati-hati dalam melakukan ekspansi karena terbatasnya daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah.
Di sisi lain, sektor hotel mengalami perlambatan, terutama di Jakarta, yang terdampak efisiensi anggaran pemerintah serta momentum Ramadan. Hotel yang bergantung pada permintaan dari instansi pemerintah merasakan tekanan paling besar.
Baca Juga: REI DKI Pacu Kegiatan TJSL Meski Tantangan Sektor Properti Berat
Di Bali, pasar MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) juga terdampak, meskipun ada harapan dari masa libur Lebaran dan musim liburan internasional.
Colliers merekomendasikan pelaku bisnis hotel untuk memperluas pangsa pasar dengan menggandeng agen perjalanan dan maskapai, guna menjaga stabilitas pendapatan di tengah tantangan ekonomi.
Selanjutnya: Kode Aktivasi FF Advance Server 2025, Cara Dapat, Menggunakan, dan Kegunaannya
Menarik Dibaca: Promo Bakmi GM Ber-4 Cuma Rp 50.000-an Per Orang, Free Merchandise Karakter Jumbo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News