Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga minyak nabati dunia yang terus melemah termasuk minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) ternyata tidak mampu menstimulasi ekspor CPO Indonesia. Hal ini tergambar pada kinerja ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia pada September 2014.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan mengatakan, ekspor CPO dan produk turunannya pada September ini hanya mampu mencapai 1,69 juta ton atau turun 1,6% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu 1,72 juta ton.
Secara year on year, kinerja ekspor CPO pada periode Januari-September 2014 tercatat turun 1,75% dibandingkan dengan tahun lalu periode yang sama tahun lalu. Tercatat periode Januari-September 2013 ekspor CPO mencapai 15,3 juta ton, sementara periode Januari-September 2014 hanya 15 juta ton.
Penurunan kinerja ekspor ini dikarenakan daya beli negara tujuan ekspor seperti Cina dan India yang lemah. "Meskipun harga sudah murah dan bea keluar juga sudah rendah dibandingkan bulan sebelumnya, juga tak mampu mendongkrak ekspor CPO Indonesia," kata Fadhil dalam siaran persnya, Selasa (21/10).
Lemahnya permintaan dari negara tujuan ekspor karena adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara tujuan utama ekspor. Selain itu, harga minyak nabati lainnya seperti kedelai yang melandai membuat CPO sebagai minyak substitusi tidak dapat bersaing.
September lalu volume ekspor minyak sawit Indonesia ke India tercatat sebanyak 305.000 ton, atau turun sebesar 38% dibandingkan dengan bulan Agustus yang mencapai 490.000 ton. Secara year on year, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia ke India tercatat turun sebanyak 26% dari 4,5 juta ton per Januari-September 2013 menjadi 3,3 juta ton periode yang sama tahun 2014.
Turunnya kinerja ekspor ke India disebabkan berbagai hal seperti pemerintah India yang menaikkan tarif bea masuk impor minyak sawit, lemah nilai tukar mata uang Rupee terhadap Dollar AS dan inflasi India yang tinggi.
Hal yang sama juga terjadi dengan China. Volume ekspor minyak sawit September 2014 hanya mampu mencapai 56.260 ton atau turun 31% dibandingkan dengan bulan lalu sebanyak 81.000 ton. Secara year on year, kinerja ekspor ke China juga tercatat turun 10% dari 1,77 juta ton pada Januari-September 2013 menjadi 1,60 juta ton periode yang sama 2014.
Seperti halnya di India, lesunya permintaan CPO dari negeri Tirai Bambu ini dikarenakan beberapa hal yakni kesulitan pinjaman bank, serta penerapan regulasi baru yakni standar residu pestisida termasuk untuk minyak makan sehingga berpengaruh terhadap kinerja ekspor.
Volume ekspor minyak sawit Indonesia ke negara Eropa juga tercatat menurun 12% dari 341.000 ton pada Agustus menjadi 302.000 ton September. Hal yang sama juga terjadi ke negara Pakistan yang tergelincir 7% dari 194.000 ton pada Agustus menjadi 181.000 ton pada September 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News