kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.640   37,00   0,22%
  • IDX 8.140   21,59   0,27%
  • KOMPAS100 1.116   -2,74   -0,25%
  • LQ45 782   -2,78   -0,35%
  • ISSI 287   0,98   0,34%
  • IDX30 411   -1,53   -0,37%
  • IDXHIDIV20 463   -3,28   -0,70%
  • IDX80 123   0,03   0,02%
  • IDXV30 133   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 129   -0,89   -0,69%

Kinerja Industri Keramik Diprediksi Tetap Melaju Walau Ada Ketidakpastian Ekonomi


Minggu, 11 Desember 2022 / 15:56 WIB
Kinerja Industri Keramik Diprediksi Tetap Melaju Walau Ada Ketidakpastian Ekonomi
ILUSTRASI. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyebut, kinerja industri keramik nasional tergolong positif sepanjang tahun 2022.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyebut, kinerja industri keramik nasional tergolong positif sepanjang tahun 2022. Diharapkan tren positif ini akan berlanjut pada tahun 2023 mendatang.

Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan, tingkat utilisasi kapasitas produksi keramik nasional sudah mencapai 79% dari target sebesar 80% selama tahun 2022 berjalan. Ini merupakan angka utilisasi kapasitas produksi keramik tertinggi sejak 2014, sekaligus menjadi jawaban dari efektivitas kebijakan harga gas US$ 6 per MMBTU dari pemerintah untuk industri keramik.

Perbaikan daya saing industri keramik juga terjadi pada tahun ini. Hal tersebut tercermin dari kinerja ekspor keramik tahun ini yang naik 3% di tengah ancaman resesi ekonomi global. “Impor keramik untuk pertama kali sejak tahun 2013 mengalami penurunan kurang lebih sekitar 2%,” ujar dia, Sabtu (10/12).

Asaki pun tetap menatap positif terkait tren penjualan keramik pada tahun 2023, meski perekonomian dunia diprediksi penuh ketidakpastian dan cenderung suram. Asaki memproyeksikan tingkat utilisasi kapasitas produksi keramik naik ke level 83%--85% di tahun depan.

Baca Juga: Kenaikan Harga BBM dan Pelemahan Rupiah Kerek Biaya Produksi Keramik Hingga 6%

Produksi keramik nasional pada tahun depan diperkirakan mencapai 470 juta meter persegi. Angka ini setara dengan konsumsi keramik per kapita Indonesia sebesar 1,7 meter persegi per kepala. Namun, catatan ini masih di bawah level konsumsi per kapita kawasan Asia Tenggara yang rata-rata di atas 3 meter persegi per kepala serta di bawah rata-rata secara global yakni di level 2,5 meter persegi per kepala.

Edy menambahkan, Asaki turut menargetkan pertumbuhan penjualan ekspor keramik sekitar 5% pada tahun 2023. “Fokus utama ekspor ditujukan ke Filipina, Malaysia, Thailand, Australia, dan Amerika Serikat,” imbuh dia.

Asaki juga menyebut, terdapat proyek ekspansi penambahan kapasitas produksi keramik sekitar 75 meter persegi atau setara 90% impor tahunan yang berjalan cukup baik dan masih on track. Proyek ini diperkirakan akan selesai sebagian pada tahun 2023 dan sisanya kelar pada tahun 2024.

Asaki berharap adanya sejumlah dukungan pemerintah untuk menghadapi tantangan bisnis di tahun depan. Salah satunya adalah penundaan kebijakan Over Dimension Over Load (ODOL) dari awal 2023 menjadi ke tahun 2025. Sebab, apabila kebijakan ini diberlakukan dengan cepat, maka kana menyulut kenaikan harga jual keramik minimal 20% seiring membengkaknya ongkos angkut hingga 240%.

Menurut Edy, dengan kondisi daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih, maka kenaikan harga tersebut bisa membuat produk-produk keramik tidak terserap maksimal di pasar. Hal ini juga menimbulkan efek domino pada kenaikan harga properti, mengingat dampak kebijakan ODOL juga dirasakan oleh industri semen, kaca, beton ringan, dan lain-lain.

Lagi pula, Asaki juga melakukan kajian bahwa dengan pemberlakuan ODOL, maka akan dibutuhkan tambahan sekitar 12.000 truk baru. Asaki masih meragukan kemampuan pelaku usaha untuk menambah jumlah unit truk tersebut.

Selain itu, Asaki turut meminta perhatian pemerintah terkait gangguan kelancaran suplai gas untuk industri keramik di Jawa bagian barat. “Sejak Oktober lalu, pemakaian gas di sana dibatasi 85% dari total kebutuhan yang ada,” tutur dia.

Tak hanya itu, dukungan pemerintah berupa program percepatan pemanfaatan produk dalam negeri juga diperlukan agar produksi keramik baru dapat terserap secara optimal. Pelaku usaha juga meminta larangan pemanfaatan produk keramik impor untuk infrastruktur dan properti tidak hanya berlaku di Kementerian PUPR, melainkan juga di seluruh kementerian/lembaga, termasuk di level pemerintah provinsi sampai pemerintah kota atau kabupaten.

Baca Juga: Berdampak Positif, Industri Dorong Kebijakan Harga Gas Khusus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×