kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Trans Power Marine (TPMA) semester I 2020 diproyeksi masih stabil


Minggu, 19 Juli 2020 / 16:54 WIB
Kinerja Trans Power Marine (TPMA) semester I 2020 diproyeksi masih stabil
ILUSTRASI. PT Trans Power Marine Tbk. KONTAN/Fransiskus Simbolon/21/05/2019


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang semester I 2020, kinerja emiten logistik PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) diproyeksikan stabil dan meningkat tipis dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Direktur TPMA, Rudi Sutiono tidak merinci besaran peningkatan tersebut. Namun dia menjelaskan kondisi kinerja Mei sampai Juni 2020, sangat menurun akibat COVID-19. "Pada kuartal I 2020, revenue masih meningkat secara operasional kami bertumbuh sampai 10%. Mulai memasuki Mei hingga Juni, mulai drop sekali," jelasnya saat dihubungi Kontan, Jumat (17/7).

Baca Juga: Trans Power Marine (TPMA) bukukan pendapatan US$ 13,65 juta di kuartal I 2020

Lebih jauh, Rudi menjabarkan penurunan terjadi akibat permintaan batubara sebagai komponen bahan bakar listrik ikut menurun karena tidak beroperasinya gedung perkantoran, hotel, hingga pusat perbelanjaan di masa PSBB.

Hal tersebut, turut membuat PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki kapasitas lebih (over capacity) dan mengurangi produksi listriknya. "Pada periode tersebut, PLN benar-benar mengurangi stock migas dan tidak menerima pengiriman batubara lagi. Mereka hanya menerima yang sudah dipesan sebelumnya. Nah, hal ini berpengaruh kepada kami sebagai perusahaan shipping batubara," sambungnya.

Rudi menjelaskan, sekitar 90% pengiriman batubara yang dilakukan TPMA dikonsumsi oleh PLN dan sisanya kepada swasta. Pihaknya menjadi tergantung dengan permintaan kapasitas batubara yang datang dari PLN.

Baca Juga: Trans Power Marine (TPMA) alami peningkatan permintaan 10% di awal tahun ini

PLN sendiri, diestimasi akan membutuhkan pasokan batubara dengan kapasitas seperti sedia kala pada 2022. Sementara pada periode 2020, permintaan masih diramal belum pulih.

"Periode ini memang yang tersulit sepanjang kami berdiri. Jika pusat perbelanjaan, hotel, gedung perkantoran, dan lain-lain masih belum beroperasi maka kebutuhan batubara PLN juga sedikit. Dampaknya, kami harus siap dengan penyesuaian," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×